Ahad 27 Jun 2021 08:36 WIB

Pasien Covid RSUD Bekasi Dicurigai Terinfeksi Varian Delta

Semua keluhannya sama, yakni panas dingin, mual, pusing, kemungkinan variannya sama.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah pasien berada didekat tenda darurat RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (25/6). Puluhan pasien yang dirawat ditenda darurat tersebut belum tentu menderita COVID-19, mereka akan diperiksa lebih dahulu dengan swab PCR sembari dilakukan perawatan. Melonjaknya kasus COVID-19 di Kota Bekasi dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan penuhnya tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit tersebut. Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Sejumlah pasien berada didekat tenda darurat RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (25/6). Puluhan pasien yang dirawat ditenda darurat tersebut belum tentu menderita COVID-19, mereka akan diperiksa lebih dahulu dengan swab PCR sembari dilakukan perawatan. Melonjaknya kasus COVID-19 di Kota Bekasi dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan penuhnya tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit tersebut. Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mencurigai adanya infeksi varian baru Covid-19 asal India, yakni delta yang menginfeksi para pasien di Kota Bekasi. Hal ini ia ungkapkan saat melakukan evaluasi lapangan di RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid, Sabtu (26/6) kemarin. "Semua keluhannya sama, panas dingin, mual, pusing, semua sama. Besar kemungkinan variannya pasti sama," kata Pepen, sapaan akrabnya.

Dia mengatakan, kasus Covid-19 yang kini melonjak di Kota Bekasi sangat cepat menyebar. Kondisi ini sangat berbeda dengan peningkatan kasus pada 2020 kemarin. "Ini kan beda dengan tahun lalu, ini cepat sekali nih, cepat menyebar," ungkapnya.

Baca Juga

Meski begitu, dugaan politisi Partai Golkar ini perlu dibuktikan secara medis. Untuk itu, para pasien perlu melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) terlebih dulu. "Memang hasil lab-nya belum keluar. Ini saya minta dorong, harusnya dua sampai tiga jam hasil lab selesai," terang dia.

Dalam situasi yang seperti ini, Pepen menyarankan kepada warganya agar melakukan tes usap PCR mandiri lebih dulu sebelum pergi ke rumah sakit. "Ini yang kita harus (upayakan), yang seperti ini supaya (yang gejala) jangan (dulu) ke RS. Saya mau langsung arahkan ke rumah masing-masing," kata dia.

Dia berharap nantinya yang datang ke rumah sakit adalah mereka yang direkomendasikan posko RW dan kelurahan karena ada komorbid. Sehingga, pasien tidak lagi menumpuk di rumah sakit.

"Yang ke RS itu hasil seleksi dari tim posko RW, kelurahan, itulah yang di-recommended bahwa dia punya komorbid. Ada penyakit seperti darah tinggi, gula, jantung, kalau hanya demam tidak seharusnya bertumpuk di RS," jelas dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement