Kamis 01 Jul 2021 21:17 WIB

Pemprov DKI Jakarta Terus Tingkatkan Kapasitas RS

"Jadi bersamaan, berbarengan. Angka naik, kapasitas meningkat," kata Widyiastuti.

Petugas medis mengevakuasi pasien Covid-19 di selasar IGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (23/6). Peningkatan kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta beberapa hari terakhir mengakibatkan keterisian tempat tidur di rumah sakit penuh sehingga perawatan pasien Covid-19 dalam keadaan darurat terpaksa dilakukan di selasar ruang IGD. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas medis mengevakuasi pasien Covid-19 di selasar IGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (23/6). Peningkatan kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta beberapa hari terakhir mengakibatkan keterisian tempat tidur di rumah sakit penuh sehingga perawatan pasien Covid-19 dalam keadaan darurat terpaksa dilakukan di selasar ruang IGD. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan kapasitas rumah sakit (RS) rujukan Covid-19. Tujuannya, agar RS tetap bisa menampung pasien untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 yang masih tinggi.

"Kita tahu bahwa keterpakaian di rumah sakit memang meningkat, tapi kita terus mengembangkan kapasitas tempat tidur, jadi bersamaan, berbarengan. Angka naik, kapasitas meningkat," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Jakarta, Kamis (1/7).

Baca Juga

Meski demikian, Widyastuti mengatakan peningkatan kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU ini akan secara bertahap dilakukan di seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta. Dia menyebutkan total tempat tidur (isolasi dan intensif) di Jakarta sebanyak kurang lebih 24 ribu dari 193 RS di Jakarta.

"Jumlah kapasitas maksimal dari 193 rumah sakit itu 24 ribu tempat tidur. Kita sudah siapkan lebih dari 11 ribu. Artinya, hampir 50 persen untuk Covid-19 saja," kata dia.

Hingga saat ini, dia menyebut sudah terdapat 140 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya merupakan RSUD milik Pemprov DKI yang sudah 100 persen menangani pasien Covid-19.

Sampai dengan 28 Juni, jumlah tempat tidur isolasi di 140 RS rujukan Covid-19 sebanyak 10.448 bed dan telah terisi sebanyak 9.787 atau tingkat keterisian 94 persen. Sementara jumlah tempat tidur ICU sebanyak 1.263 bed dan telah diisi pasien Covid-19 sebanyak 1.164 atau tingkat keterisian 92 persen.

"Sekarang sedang ditambahkan ekstensi dari beberapa RS dan kita sedang negosiasikandan koordinasikan dengan pemerintah pusat untuk bersama dengan rumah sakit lain yang lebih besar," tutur Widyastuti.

Skenario pemanfaatan 50 persen dari seluruh tempat tidur di rumah sakit yang ada di Jakarta untuk perawatan Covid-19 pernah dilakukan Pemprov DKI Jakarta pada awal 2021 untuk antisipasi lonjakan kasus Covid-19 pada Januari-Februari 2021.Dengan perkembangan saat ini, kemungkinan Pemprov DKI akan menaikkannya lagi, sehingga lebih dari 50 persen tempat tidur di Rumah SakitJakarta dimanfaatkan untuk Covid-19.

Saat ini, secara total tempat tidur di Jakarta sebanyak 24.084 bed dengan perincian 21.430 bed untuk ruang biasa dan 2.654 bed untuk ruang intensif.Pemprov DKI Jakarta mengaku pihaknya tidak mungkin menjadikan semua tempat tidur di Jakarta untuk perawatan Covid-19. Pasalnya, di DKI Jakarta juga terdapat pasien non-Covid-19 yang harus dilayani.

 

 

DKI Jakarta diprediksi akan memiliki kasus aktif (orang positif Covid-19 yang dirawat atau isolasi) hingga 100 ribu kasus pada periode 8 sampai 13 Juli 2021 apabila tindakan pengetatan tidak segera dilaksanakan. Hal tersebut dituangkan dalam laporan perkembangan Covid-19 yang disampaikan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan dalam paparannya saat rapat bersama pemerintah pusat pada Selasa (29/6).

"Bila tidak segera dilakukan pengetatan maka 100 ribu kasus aktif di Jakarta akan tercapai antara tanggal 8-13 Juli 2021," demikian bunyi laporan yang diterima, Rabu (30/6).

Namun demikian dalam dokumen itu DKI juga mengusulkan untuk mempersiapkan skenario antisipatif jika akhirnya prediksi itu benar terjadi. Yakni rumah sakit Kelas A akan dikhususkan sepenuhnya untuk ICU Covid-19.

Kemudian, RSDC Wisma Atlet dikhususkan untuk penanganan pasien dengan gejala sedang-berat. Lalu, rumah susun diubah menjadi fasilitas isolasi terkendali untuk pasien dengan gejala ringan.

Lebih lanjut, mengubah stadion indoor dan gedung-gedung konvensi besar menjadi rumah sakit darurat penanganan kasus darurat kritis yang diusulkan untuk dalam satu manajemen di bawah RSDC Wisma Atlet. Selanjutnya, memastikan kebutuhan tenaga kesehatan terpenuhi termasuk penambahan tenaga kesehatan dari luar DKI Jakarta.Terakhir, ketersediaan oksigen, APD, alat kesehatan dan obat-obatan tetap terpenuhi.

 

photo
Gejala Covid-19 terkait varian Delta. - (Republika)

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement