UGM Siapkan Tim Psikolog untuk Pasien Covid-19
Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dengan gejala ringan tidur di ruang isolasi di Rumah Sakit Darurat Pangkalan Marinir Jakarta, Sabtu (10/7/2021). Rumah sakit darurat yang telah beroperasi sekitar tiga minggu tersebut mampu menampung sekitar 500 orang pasien dari militer maupun umum yang terpapar COVID-19 dengan gejala ringan yang merupakan rujukan dari RSAL Mintohardjo Jakarta akibat tingginya tingkat penularan COVID-19. | Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyiapkan tim psikolog untuk pasien COVID-19. Tim psikolog akan disiapkan bagi keluarga, masyarakat hingga tenaga kesehatan yang berpotensi mengalami gangguan psikologis selama pandemi COVID-19.
Kepala Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM, Edilburga Wulan Saptandari mengatakan tim yang disiapkan terdiri dari para mahasiswa magister psikologi maupun psikolog dari UGM dan rekanan.
"Kami memiliki 55 psikolog internal dan nanti bisa melibatkan psikolog rekanan jika diperlukan," kata dia.
Menurut dia, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan bisa mengakibatkan gangguan psikologis, baik bagi pasien, keluarga, masyarakat hingga tenaga kesehatan sehingga memerlukan penanganan. Ia mengatakan sejak awal pandemi timnya sudah ikut serta dalam penanganan psikologis tersebut di bawah tim call center Satgas Covid UGM.
"Waktu itu di bawah Satgas COVID-19 UGM ada call center. Nah, kita bergabung di situ," kata dia.
Dengan melonjaknya kasus COVID-19 saat ini maka peran tim psikolog tersebut akan semakin diperkuat. Apalagi, UGM juga telah menyiapkan shelter bagi pasien COVID-19 bergejala ringan di beberapa lokasi.
Untuk memberikan penanganan dan dukungan psikososial ini, kata dia, bisa dilakukan secara bertahap. Misalnya, ketika pasien datang pertama kali bisa langsung mendapat penanganan psikologi dari para mahasiswa Magister Psikologi UGM.
Namun, jika kondisinya perlu penanganan lebih jauh maka akan dilanjutkan kepada para psikolog-dosen dari UKP Fakultas Psikologi maupun psikolog rekanan. Menurutnya, tahapan penanganan psikologi korban COVID-19 secara prinsip perlu mendapatkan Psychological first aid (PFA) agar mereka lebih tenang, rileks dan tidak panik dengan kondisi yang dialami.
Ia mengakui saat ini gangguan psikologi tidak hanya dialami oleh pasien COVID-19 maupun keluarganya, namun juga tenaga kesehatan."Nakes saat ini juga sangat capek. Mereka nakes yang ada di garda depan hingga yang melakukan penelusuran kemudian satu per satu telpon ke keluarga maupun pasien. Tentu ada kecemasan termasuk munculnya psikosomatis," kata dia.
Mereka yang memerlukan dukungan psikososial ini tingkat penanganannya berbeda-beda. Ada yang lebih mudah, namun ada pula yang sulit seperti mengalami depresi. Konseling yang diberikan ini sifatnya mendukung dan membantu agar mereka bisa segera lepas dari gangguan psikologi akibat COVID-19.