REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan rencana pembukaan sekolah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, saat lonjakan kasus Covid-19 berisiko pada anak.
"Pembelajaran tatap muka mulai 12 Juli justru akan meningkatkan potensi penyebaran COVID-18 khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah," terang dia di Banjarmasin, Ahad (12/7).
Menurut Taqin, keputusan Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Dinas Pendidikan untuk tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka mulai jenjang PAUD, SD dan SMP dalam situasi pandemi yang sedang melonjak kasusnya sangat berisiko. Selain laju penularan kasus sedang menanjak, ada ancaman varian Delta yang mungkin saja telah menyebar.
"Ini sama saja menempatkan anak dan orang tuanya pada kondisi yang berbahaya. Karena itu alangkah baiknya untuk menunda PTM hingga pandemi sudah terkendali dan aman," katanya.
Taqin memaparkan, selama 10 hari pertama bulan Juli jumlah penduduk di Banjarmasin yang dikonfirmasi positif sebanyak 241 kasus. Dibandingkan dengan pertambahan kasus positif pada 10 hari terakhir bulan Juni, maka kasus di bulan Juli mengalami pertumbuhan sebesar 3,8 kali lipat.
Lonjakan kasus ini lebih besar dari pertumbuhan di tingkat provinsi yang bertambah 2,6 kali lipat. Sementara itu tingkat positivitas hasil testing COVID-19 Kota Banjarmasin dari 20 Juni ke 10 Juli naik dua kali lipat yaitu dari 14 persen menjadi 30 persen.
Angka 30 persen artinya dari setiap 10 orang yang diambil sampelnya sebanyak 3 di antaranya positif Covid-19. Dua indikator ini, laju kasus dan tingkat positivitas sudah cukup menggambarkan situasi pandemi di Banjarmasin sedang sangat rawan karena telah terjadi pertumbuhan kasus secara eksponensial.
Cepatnya pertumbuhan kasus di Banjarmasin dan wilayah lainnya di Kalimantan Selatan menyebabkan naiknya jumlah pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap di rumah sakit baik di ruang isolasi maupun intensif. Jika pada 1 Juli jumlah pasien rawat inap rumah sakit yang berada di Banjarmasin berjumlah 170 orang dengan tingkat hunian tempat tidur mencapai 37 persen, maka pada 10 Juli jumlahnya bertambah menjadi 291 orang dengan angka BOR 57 persen.
"Padahal pada 20 Juni yang lalu jumlah pasien yang menjalani rawat inap hanya 110 orang dengan BOR 24 persen. Artinya terjadi peningkatan jumlah pasien rawat inap sebanyak 2,7 kali lipat selama 20 hari tersebut," paparnya.
Kemudian Taqin juga membeberkan kasus COVID-19 pada anak yang mengalami lonjakan cukup tajam. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalsel, kasus konfirmasi positif pada usia PAUD pada periode 24-30 Juni sebanyak 5 orang, sedangkan pada periode 1-7 Juli meningkat menjadi 7 orang.
Pada anak usia SD jumlah kasus yang terjadi sepanjang 1-7 Juli ada 41 orang, naik 1,7 kali lipat dibanding kasus pada 7 hari sebelumnya. Sementara anak usia SMP jumlah kasusnya sebanyak 20 orang atau meningkat 3 kali lipat.Begitu pula kasus harian terjadi lonjakan signifikan dalam empat hari terakhir terhitung sejak Rabu (7/7) hingga Sabtu (10/7). Pada Rabu ada 111 orang terkonfirmasi positif dan 4 meninggal dunia. Kemudian Kamis (8/7) bertambah lagi sebanyak 144 orang dengan kematian 4 orang.
Selanjutnya pada Jumat (9/7) ada penambahan 200 orang terkonfirmasi positif, 125 orang dalam perawatan dan 4 orang meninggal dunia. Sedangkan Sabtu kemarin, ada 202 orang positif, 5 meninggal dunia serta penambahan pasien dalam perawatan sebanyak 145 orang.