REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyambut Idul Adha 1442 H, BMH hadir dengan program Qurban Tanpa Batas, Luaskan Manfaat Qurbanmu secara virtual melalui channel youtube BMH TV, Kamis (8/7).
Publik skspos ini menghadirkan dai-dai pedalaman dan perbatasan, seperti di Maluku, Nias, Halmahera dan Pulau Sebatik. Acara ini juga dimeriahkan oleh kehadiran Chef Haryo.
Mengawali pemaparan usai pembacaan ayat suci Alquran, Ketua Pengurus BMH Pusat, Firman ZA mengatakan bahwa qurban harus didorong dan dikuatkan.
"Hal ini karena ibadah qurban tidak saja berdimensi vertikal tetapi juga horizontal secara ekonomi dan sosial serta lain sebagainya," katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Sementara itu Direktur Utama BMH, Supendi menyampaikan bahwa Idul Adha 1442 H memang berhadapan dengan kondisi yang tidak mudah, penuh keterbatasan dari ekonomi hingga mobilitas sosial.
"Namun kita harus tetap hadir untuk peduli. Ibadah qurban 1442 H merupakan kesempatan mulia untuk dapat menguatkan persaudaraan ke seluruh penjuru Tanah Air dan beberapa negara di luar negeri. Dengan demikian, kita juga ikut menggerakkan ekonomi peternak lokal, karena qurban BMH bermitra dengan para peternak dan juga dai tangguh yang komitmen membina masyarakat pedalaman," jelasnya.
"Nilai lebih qurban di BMH adalah juga menguatkan kiprah dakwah para dai di pedalaman, sehingga pencerahan dan pencerdasan umat bisa semakin ditingkatkan di momentum Idul Adha," imbuhnya.
Dukungan yang kuat atas kiprah BMH disampaikan oleh Chef Haryo. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh BMH harus terus diperjuangkan sampai hari Kiamat.
"Apa yang dilakukan oleh teman-teman BMH ini adalah wujud dari pelaksanaan misi Islam. Teruskan perjuangan ini sampai hari Kiamat. Saya tidak tahu bahwa ada di Indonesia ini ada namanya Pulau Sebatik dan ada dai BMH di sana. Juga di Halmahera, suku pedalaman, belum tahu Indonesia dan Pancasila tapi Islam sudah ada diajarkan di sana," ungkapnya.
Qurban BMH yang menyasar pedalaman, kata Chef Haryo, merupakan pendorong terwujudnya ketahanan pangan dan pencerdasan masyarakat dan bangsa ini.
Ustadz Ushuluddin yang berdakwah di Pulau Nias, Sumatera Barat, menyampaikan bahwa dirinya menjadi dai karena ingin mendapat rahmat Allah.
"Maka ditugaskan ke mana saja tidak ada menolak. Sampai pada 2013 ditugaskan ke Pulau Nias, satu tempat yang saya sendiri belum pernah tahu. Bismillah berangkat walaupun secara umum di Nias, umat Islam masih minoritas, khususnya di luar Kota Gunung Sitoli," tuturnya mengisahkan.
Kaitan dengan ibadah qurban harga hewan di Nias cukup tinggi. Karena memang harus menyeberang dan banyak persiapan yang harus dilakukan.
"Harga sapi di sini bisa Rp 19 juta. Semoga tahun ini ada qurban, karena memang masyarakat di sini makan daging itu hanya sekali dalam setahun," ujarnya.
Kemudian Ustadz Amin Asghar, pria kelahiran Flores pada 1975 yang kini berdakwah di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara.
"Saya tugas ke tempat ini (Pulau Sebatik) karena memang jarang yang datang tugas ke sini. Jadi saya pilih dan sekarang sudah 13 tahun lalu berdakwah di pulau yang berbagi dengan Malaysia ini. Inilah tempatnya kalau ada rumah halamannya Indonesia, dapurnnya Malaysia, itu di sini. Saya ingin dakwah di sini dan ingin dikubur di sini," katanya mantap.
Untuk distribusi qurban memang tidak mudah di Pulau Sebatik. Mulai dari ketinggian bukit, akses jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, tapi kita tetap antarkan.
"Alhamdulillah BMH selalu hadir sehingga setiap tahun dan masyarakat perbatasan dapat merasakan kebahagiaan di Hari Raya Idul Adha dengan menyantap daging segar," ungkapnya.
Kemudian ada Ustadz Naharuddin yang bertugas di Ambon, Maluku. Karena terkendala sinyal, sambungan komunikasi terputus.
Selanjutnya Ustadz Nur Hadi, dai yang bertugas di Halmahera dan kini membina masyarakat suku terasing, yakni Suku Togutil.
"Suku ini masih primitif, bahkan belum berpakaian. Kita pun bergerak untuk mendapatkan info lebih lanjut dan akhirnya bertemu dengan orang-orang suku lalu berlanjut dengan pembinaan hingga saat ini," katanya.
Namun demikian, karena memang pedalaman, jarak, waktu tempuh bahkan kendaraan sangat tidak terbatas. "Bahkan pernah kami nyeberang sungai, karena sedang banjir rakit hanyut sama motor dan kami semua juga terbawa arus. Alhamdulillah selamat," ucapnya.
Mengenai ibadah qurban, menurut pria kelahiran Pemalang itu, kiriman hewan qurban BMH ke masyarakat suku terasing sangat dibutuhkan.
"Sebagai penguat pembinaan dan persaudaraan, sehingga keakraban semakin terjalin. Dalam beberapa tahun terakhir, setiap ada penyembelihan hewan qurban bertambah lagi masyarakat suku yang masuk Islam," tuturnya.
Publik Ekspos ini diakhiri dengan sesi launching program BMH, yakni Qurban Tanpa Batas, Luaskan Manfaat Qurbanmu oleh Direktur Utama BMH, Supendi dengan membaca Basmalah.