Selasa 13 Jul 2021 01:23 WIB

DIY Targetkan Mobilitas Warga Jadi Kuning dalam Dua Hari

Mobilitas warga DIY yang masih tinggi ditandai warna merah dan hitam

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Christiyaningsih
Suasana malam di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis (8/7) malam. Sejak pemberlakuan PPKM Darurat dilakukan penutupan akses menuju Malioboro. Selain itu, setiap jam delapan malam lampu penerangan akan dimatikan. Hal ini dilakukan untuk menekan penyebaran kasus Covid-19.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Suasana malam di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis (8/7) malam. Sejak pemberlakuan PPKM Darurat dilakukan penutupan akses menuju Malioboro. Selain itu, setiap jam delapan malam lampu penerangan akan dimatikan. Hal ini dilakukan untuk menekan penyebaran kasus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mobilitas masyarakat DIY selama 10 hari PPKM darurat masih cukup tinggi. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, mengatakan tingkat mobilitas masyarakat di DIY masih merah dan hitam.

Artinya, tingkat penurunan mobilitas masyarakat DIY selama PPKM darurat masih di bawah 20 persen. Warna hitam menunjukkan penurunan mobilitas di bawah 10 persen dan di bawah 20 persen untuk warna merah.

Baca Juga

"Mobilitas DIY masih merah ke hitam," kata Made kepada wartawan dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (12/7).

Pihaknya pun menargetkan untuk menurunkan mobilitas masyarakat menjadi warna kuning. Setidaknya penurunan mobilitas masyarakat DIY dapat turun di angka 20-30 persen sesuai target minimal dari pemerintah pusat. "Kita ditargetkan dua hari lagi bisa kuning, kita masih memantau juga," ujar Made.

Kepala Satpol PP DIY Noviar Rahmad mengatakan penurunan mobilitas masyarakat ini dilakukan dengan memperketat penyekatan di 23 titik di DIY. Mobilitas yang masih warna hitam ditemukan di Kabupaten Kulon Progo.

"Kemarin yang masih warna hitam itu di Kulon Progo. Kami juga belum paham itu penyebabnya apa. Di Kulon Progo sudah banyak penyekatan dan tidak ada lagi mobilitas sebelumnya tapi di situ hitam," kata Noviar di DPRD DIY, Yogyakarta, Senin (12/7).

Noviar menyebut secara keseluruhan penurunan mobilitas masyarakat di DIY sudah pernah menyentuh angka 19 persen di tanggal 10 Juli. Namun, persentase penurunan mobilitas ini tidak naik dan kembali turun di angka 13 persen.

"Akan tetapi dari segi perhitungan Dishub (terkait pengurangan antrean kendaraan di titik-titik penyekatan) dengan memanfaatkan CCTV pengurangan kita sudah ada yang di atas 30 persen," ujarnya.

Berdasarkan data dari Dishub DIY per 10 Juli kemarin, terjadi pengurangan yang cukup signifikan terhadap antrean kendaraan di titik-titik penyekatan. Hal ini dikarenakan diperpanjangnya durasi penutupan di titik-titik penyekatan kendaraan.

Perpanjangan durasi ini bahkan ada yang mencapai 24 jam yang sebelumnya hanya dari pukul 20.00 WIB hingga 05.00 WIB. Di Kabupaten Sleman ada pengurangan sebesar 33 persen antrean kendaraan dari penyekatan yang dilakukan di Simpang Seturan, Kentungan, Condongcatur, dan Janti.

Di Kota Yogyakarta juga diklaim ada penurunan antrean kendaraan sebesar 33 persen di titik penyekatan di Simpang Tugu, Kleringan, Gejayan, dan Giwangan. Sedangkan pengurangan antrean kendaraan di Kabupaten Bantul sebesar 35 persen dan di Kulon Progo sebesar 28 persen.

Untuk Kabupaten Gunung Kidul tidak didapatkan data terkait pengurangan antrean kendaraan ini. Pasalnya, tidak ada akses CCTV di Gunung Kidul untuk dapat memantau pergerakan kendaraan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement