REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menggenjot target bauran energi baru terbarukan hingga 2030 nanti. Berbagai upaya dilakukan dua perusahaan plat merah ini untuk bisa mencapai target tersebut.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, perusahaan melakukan energi mix hingga 2040 mendatang untuk bisa mengejar target nol untuk karbon emisi dan beralih dari energi fosil ke energi bersih. "Kami melakukan berbagai upaya baik dari sisi midstream, yaitu kilang-kilang kita dan juga downstream yaitu produk yang lebih ramah lingkungan," ujar Nicke dalam Investor Summit Forum, Rabu (14/7).
Nicke menjelaskan untuk mendukung rencana tersebut perusahaan melakukan alokasi anggaran sebesar 92 miliar dolar AS selama 2020 hingga 2040 mendatang untuk bisa merealisasikan program ini. "Kami mengoptimalkan kekuatan untuk bisa melakukan diversifikasi bisnis juga. Masuk tak hanya bisnis oil and gas tetapi juga di sektor biorefenery dan juga petrokimia. Agar bukan hanya menghasilkan energi yang bersih tetapi juga memberikan nilai tambah," ujar Nicke.
Nicke juga menjelaskan Pertamina saat ini memulai untuk masuk dalam bisnis carbon capture dan juga hydrogen. Kedua proyek ini masih dalam tahap uji coba di beberapa proyek Pertamina yang diharapkan bisa segera terimplementasikan dan menjadi salah satu bisnis perusahaan.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini juga menjelaskan rencana untuk beralih ke sektor energi baru terbarukan juga dilakukan oleh PLN. Berbagai upaya seperti menghentikan operasional PLTD dan meningkatkan porsi pembangkit EBT dilakukan perusahaan.
"Untuk bisa mewujudkan karbon netral pada tahun 2030 PLN akan mulai mempensiunkan pembangkit tua yang subcritical. Kita punya ruang untuk memetakan kembali bagaimana pembangkit EBT akan mulai masuk dengan tetap menjaga pembangkit yang diperlukan sebagai sistem untuk penyeimbang dengan intermittent renewable energy," ujar Zul.
Zul juga menambahkan, untuk tahun 2035 mendatang PLN akan melakukan penghentian operasi pembangkit yang berumur tua dan masih menggunakan energi fosil. "Pada tahun 2035 PLN akan menjalankan tahap kedua mempensiunkan pembangkit fosil tua yang subcritical. Ada 240 masuk tahap ketiga PLN mempensiunkan pembangkit, semua akan digantikan pembangkit berbasis renewable energi secara bertahap, tahun 2055 terakhir pembangkit PLTU subcritical sebesar lima gw akan kita pensiunkan," ujar Zulkifli.
Pengembangan EBT bukan hal yang mustahil, kata Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. Ia menjelaskan bahwa potensi EBT di Indonesia sangat banyak dan sangat layak untuk dikembangkan.
"Kita adalah negara terbesar kedua di dunia dari sisi potensi EBT. Namun memang secara pemanfaatan masih harus ditingkatkan. Saat ini pemanfaatnya baru sembilan persen dan ini yang kami genjot," ujar Dadan.