Ahad 18 Jul 2021 07:27 WIB

Joe Biden: Misinformasi Covid-19 di Medsos Membunuh Orang

Pemerintah AS mengkritik media sosial seperti Facebook karena misinformasi Covid-19

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Facebook. ILustrasi
Foto: CNN
Facebook. ILustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, platform media sosial seperti Facebook "membunuh orang" sebab membiarkan misinformasi tentang vaksin virus corona kerap beredar. Pemerintah AS terus mengkritik perusahaan media sosial tersebut di tengah merebaknya pandemi.

"Mereka membunuh orang. Lihat, satu-satunya pandemi yang kita miliki adalah di antara yang tidak divaksinasi. Dan mereka membunuh orang," kata presiden AS kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya tentang disinformasi dan apa pesannya ke platform media sosial seperti Facebook, Jumat (16/7) waktu setempat dikutip The Guardian.

Baca Juga

Misinformasi Covid-19 telah menjamur selama pandemi di situs media sosial termasuk Facebook, Twitter, dan YouTube Google. Para peneliti dan anggota parlemen telah lama menuduh Facebook gagal mengawasi konten berbahaya di platformnya.

Perusahaan telah memperkenalkan aturan untuk tidak membuat klaim palsu spesifik tentang Covid-19 dan vaksin. Facebook mengatakan, pihaknya memberi orang informasi yang dapat dipercaya tentang topik tersebut.

"Kami tidak akan terganggu oleh tuduhan yang tidak didukung oleh fakta," kata juru bicara Facebook Kevin McAlister, Jumat. "Faktanya adalah lebih dari 2 miliar orang telah melihat informasi resmi tentang Covid-19 dan vaksin di Facebook, lebih banyak daripada tempat lain di internet," ujarnya melanjutkan.

Dia mengatakan, bahwa lebih dari 3,3 juta orang Amerika juga telah menggunakan alat pencari vaksin Facebook untuk mencari tahu di mana dan bagaimana mendapatkan vaksin. "Fakta menunjukkan bahwa Facebook membantu menyelamatkan nyawa. Titik,” ujarnya.

Twitter dan YouTube tidak menanggapi permintaan komentar. Menurut para pakar, varian Delta dari virus corona kini menjadi jenis yang dominan di seluruh dunia, disertai dengan lonjakan kematian di seluruh AS hampir seluruhnya di antara orang-orang yang tidak divaksinasi.

Kasus Covid-19 di AS naik 70 persen dari pekan sebelumnya dan kematian naik 26 persen. Wabah terjadi di beberapa bagian negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah.

Sebelumnya, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki juga mengkritik Facebook. "Jelas, ada langkah-langkah yang mereka ambil. Mereka adalah perusahaan sektor swasta," kata Psaki dalam pengarahan di Gedung Putih. "Ada langkah tambahan yang bisa mereka ambil. Jelas ada lebih banyak yang bisa diambil," ujarnya menambahkan.

Pada Kamis (15/7) pekan ini, dia mengatakan pemerintahan Biden secara teratur melakukan kontak dengan Facebook dan menandai unggahan yang bermasalah. Psaki mengatakan, 12 orang bertanggung jawab atas hampir 65 persen misinformasi anti-vaksin di platform media sosial. Temuan itu dilaporkan pada Mei oleh Center for Countering Digital Hate yang berbasis di Washington dan London, tetapi Facebook membantah metodologi tersebut.

Ahli bedah jenderal AS, Vivek Murthy, juga telah memperingatkan tentang meningkatnya gelombang informasi yang salah tentang Covid-19 dan vaksin terkait. Pada Kamis, dia mengatakan semakin sulit untuk memerangi pandemi dan menyelamatkan nyawa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement