REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menyerang Iran beberapa bulan setelah kehilangan kursi kepresidenannya. Hal itu diungkapkan oleh The New Yorker dalam sebuah laporannya pada Kamis pekan ini.
"Jika Anda melakukan ini, Anda akan berperang," ujar Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Miller kepada Trump saat itu, dikutip laman Middle East Monitor, Ahad (18/7). Menurut The New Yorker, Milley meyakini bahwa Trump tidak menginginkan perang, tetapi terus mendorong serangan rudal dalam menanggapi berbagai provokasi.
"Trump memiliki lingkaran elang Iran di sekelilingnya dan dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang juga mendesak pemerintah untuk bertindak melawan Iran setelah jelas bahwa Trump telah kalah dalam pemilihan," tulis laporan The New Yorker.
Menteri Luar Negeri era Trump, Mike Pompeo awalnya mendorong untuk menyerang Iran. Namun dia berhenti mendukung serangan setelah mendengarkan laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tentang kegiatan nuklir Iran.
Menurut The New Yorker, baik Mike Pompeo maupun Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien mengatakan kepada Trump bahwa tidak mungkin melakukan apa pun secara militer pada saat itu, mengikuti laporan IAEA. Sikap AS adalah menegur Iran.
Kemudian, Milley bertanya kepada Wakil Presiden Mike Pence mengapa mereka begitu berniat menyerang Iran. "Karena mereka jahat," ujar Pence menjawab.