REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi finansial peer to peer lending, Amartha, telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 914 miliar sepanjang semester I 2021. Penyaluran tersebut tumbuh 35 persen secara year-on-year (yoy) dibandingkan tahun lalu.
Founder & CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, mengakui semester I 2020 merupakan periode yang cukup berat bagi perusahaan. Namun pada semester II 2020, kondisi perekonomian membaik dan bisnis Amartha mulai tumbuh kembali.
"Di awal tahun Amartha sempat tumbuh dengan confidence tapi tiba-tiba harus stop karna pandemi. Semester II 2020 Amartha mulai recover hingga semester I 2021 kembali on track," kata Andi dalam konferensi pers virtual, Senin (19/7).
Sepanjang 2020 Amartha memberdayakan lebih dari 168.356 pengusaha mikro. Sementara pada semester I 2021, Amartha sudah memberdayakan hingga 203.165. Jika ditotal, jumlah peminjam perempuan pengusaha mikro di platform Amartha sudah mencapai 700 ribu lebih.
Sesuai misinya, Andi mengatakan, Amartha akan meningkatkan akses pendanaan pedesaan agar para pengusaha di daerah mempunyai daya saing tinggi. Selain memberikan pendanaan, Amartha juga memberikan layanan nilai tambah melalui pendampingan dan pelatihan.
Selain itu, menurut Andi, Amartha juga akan mendukung UMKM di luar Jawa agar bisa terus tumbuh. Pada semester I 2021, lebih dari 60 persen dana disalurkan bagi UMKM di luar Jawa.
Untuk semester II 2021, Amartha akan menaikkan porsi penyalurannya menjadi sekitar 70 persen terutama di sumatera dan sulawesi.
"Wilayah yg akan kita kuatkan di luar Jawa. Kalau semester I bisa Rp500 miliar mudah-mudahan akhir tahun bisa lebih," kata Andi.
Dari sisi kualitas portofolio, Andi menjelaskan, Amartha mampu menjaga Tingkat Keberhasilan Bayar (TKB90) berada di level 99,86 persen. Artinya, tingkat kredit macet Amartha selama masa pandemi ini hanya 0,2 persen.
Andi berharap Amartha dapat terus menjaga pertumbuhan bisnis hingga akhir tahun ini. "Dengan bisnis model yang kami lakukan, di akhir 2021 diharapkan Amartha bisa melayani lebih dari satu juta perempuan pengusaha mikro," tutur Andi.