Senin 26 Jul 2021 14:59 WIB

Muhammadiyah dan Soedjatmoko

Soedjatmoko adalah cendekiawan, filsuf, dan budayawan terkemuka.

Muhammadiyah dan Soedjatmoko. Cendekiawan, filsuf, dan budayawan terkemuka dan berlevel internasional Indonesia Soedjatmoko.
Foto: Suara Muhammadiyah
Muhammadiyah dan Soedjatmoko. Cendekiawan, filsuf, dan budayawan terkemuka dan berlevel internasional Indonesia Soedjatmoko.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Yuanda Zara

Cendekiawan, filsuf, dan budayawan terkemuka dan berlevel internasional. Itulah beberapa julukan yang diberikan publik Indonesia pada sosok Soedjatmoko, seorang pemikir penting Indonesia di paroh kedua abad ke-20.

Baca Juga

Cakupan pemikirannya membentang luas, mulai dari soal pembangunan, modernitas, kebebasan, moral, pendidikan dan peradaban manusia. Kiprahnya juga amat beragam. Ia pernah menjadi pengamat dalam delegasi Indonesia di PBB pada tahun 1947 (foto Soedjatmoko muda dalam sebuah sidang PBB, bersama Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim dan Soemitro, cukup dikenal publik Indonesia), anggota Partai Sosialis Indonesia (1955), duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat (1968-1971), dan rektor Universitas PBB (1980-1987).

Lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada Januari 1922, Bung Koko, demikian ia akrab disapa, tutup usia di Yogyakarta pada tanggal 21 Desember 1989 kala ia sedang menyampaikan pandangannya di Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK) UGM. Rencananya, selepas acara di UGM, pada malam harinya ia akan menyampaikan ceramahnya—tentang bagaimana mempersiapkan manusia Indonesia di abad ke-21—di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Kedatangan Soedjatmoko di Bandara Adisucipto, Yogyakarta, kala itu disambut salah satunya oleh Rektor UMY, Dasron Hamid. Beberapa pemikir Muhammadiyah hadir dalam diskusi di PPSK UGM yang diisi Soedjatmoko, termasuk Dr. Ahmad Syafii Maarif dan Dr. Zamroni. Soedjatmoko sendiri meninggal di pangkuan Dr. Amien Rais, dosen UGM yang juga dikenal sebagai cendekiawan Muhammadiyah.

Relasi antara Muhammmadiyah dan Soedjatmoko tidak hanya tampak di penghujung usia sang pemikir saja. Kiprah dan landasan filosofis Muhammadiyah turut menjadi perhatian Soedjatmoko. Dalam pandangan Soedjatmoko, ada satu nilai penting yang patut diteladani dari Muhammadiyah dalam kaitan bagaimana manusia Indonesia harus menghadapi derasnya perubahan zaman yang kerap membuat orang tergoncang dan terombang-ambing.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement