REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam tidak melarang pemeluknya menjadi orang kaya. Sebab dengan kekayaan itu seorang Muslim bisa berbuat banyak untuk bekal ibadah dirinya serta untuk kemaslahatan umat.
Namun, yang diwanti-wanti adalah jangan sampai kesenangan terhadap harta kekayaan membuat diri terlena hingga melupakan Allah SWT. Jangan sampai menjadi manusia yang sibuk menumpuk-numpuk dunia hanya untuk kesenangan dan foya-foya, sementara melupakan beribadah. Orang yang terlalu sibuk dengan perkara dunianya akan membuat dirinya lupa akan kematian.
Sebagaimana dijelaskan Rasulullah dalam wasiatnya kepada Ali bin Abi Thalib yang dapat ditemukan di dalam kitab Wasiyatul Mustofa yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi'i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syaran.
يَا عَلِيُّ، إِيَّاكَ وَعُلَيَّةَ الْمَوْتِ لَا يَذْكُرُوْنَ إِلَّا دُنْيَاهُمْ فَقَالَ عَلِيُّ وَمَا هُمْ يَا نَبِيَّ اللهِ قَالَ الْأَغْنِيَاءُ وَأَصْحَابُ الدُّنْيَا الَّذِيْنَ تَرَاهُمْ مُقْبِلِيْنَ عَلَى جَمْعِهَا كَإِقْبَالِ الْوَالِدَةِ عَلَى وَلَدِهَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ غَدًا
Wahai Ali, jangan sampai engkau menjadi orang-orang yang lupa pada kematian, tidak mengingat kecuali dunianya. Ali bertanya: Siapa orang-orang yang lupa kematian itu ya Rasulullah? Rasul menjawab: Yaitu orang-orang kaya dan punya harta dunia seperti yang engkau lihat. Mereka begitu fokus mengumpulkan dunia seperti seorang ibu yang sedang merawat anaknya. Orang yang seperti itu adalah orang yang merugi di hari esok (akhirat).