REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut survei Kaspersky baru-baru ini, lebih dari separuh anak-anak di kawasan Asia Pasifik (55 persen) yang beralih ke pembelajaran jarak jauh akibat pandemi lebih memilih pendidikan tatap muka. Survei dilakukan oleh Toluna (Online Market Intelligence) ditunjuk oleh Kaspersky.
Survei dan dilakukan pada periode April-Mei 2021. Responden di Asia Pasifik meliputi 517 orang tua dan guru serta 64 anak yang sedang mengikuti pembelajaran online.
Data Kaspersky menunjukkan mata pelajaran yang paling sulit dipahami oleh anak-anak di kawasan Asia Pasifik selama pembelajaran jarak jauh adalah eksakta dan ilmu alam, matematika (48 persen), kimia (28 persen), fisika (25 persen) dan biologi (25 persen). Tren ini juga hampir sama ditunjukkan pada wilayah lain secara global.
Mayoritas anak-anak di Asia Pasifik tidak menyukai belajar online karena harus menghabiskan banyak waktu di depan layar (74 persen). Masalah teknis yang sering terjadi juga menjadi salah satu faktor kekecewaan (60 persen).
Sebanyak 57 persen siswa juga lebih sulit untuk memahami materi pendidikan pada pembelajaran jarak jauh dibandingkan dengan kelas offline. Lebih dari setengahnya juga mengaku bahwa mereka merindukan aktivitas bermain dan mengobrol dengan teman-teman di sela-sela kelas.