Kamis 05 Aug 2021 16:10 WIB

Bagaimana Operasi Intelijen Saat Perang Uhud?

Ada peran intelijen saat perang Uhud.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 Bagaimana Operasi Intelijen Saat Perang Uhud?. Foto:  Jabal ruma adalah bukit yang dipercaya sebagai tempat pasukan pemanah Muslim saat Perang Uhud. Sejumlah orang mengunjungi dan naik ke Bukit atau Jabal Ruma, Ahad (21/7).
Foto: Syahruddin El-Fikri/Republika
Bagaimana Operasi Intelijen Saat Perang Uhud?. Foto: Jabal ruma adalah bukit yang dipercaya sebagai tempat pasukan pemanah Muslim saat Perang Uhud. Sejumlah orang mengunjungi dan naik ke Bukit atau Jabal Ruma, Ahad (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Salah satu perang yang bersejarah dalam Islam adalah perang Uhud. Dalam perang ini, strategi militer dikerahkan Nabi Muhammad SAW, salah satunya adalah mengerahkan telik sandi atau intelijen sebagai pengumpul informasi musuh.

Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan, adalah Al-Abbas bin Abdul Muthalib yang masih menetap di Makkah terus memata-matai setiap tindakan kaum Quraisy dan persiapan militer mereka. Dialah telik sandi (mata-mata) yang berada di pihak Nabi Muhammad SAW saat perang Uhud berlangsung.

Baca Juga

Setelah pasukan berangkat, maka Al-Abbas mengirim kabar surat kilat kepada Nabi Muhammad SAW. Yakni berupa kabar secara rinci tentang pasukan kaum Quraisy. Secepat kilat utusan Al-Abbas pergi menyampaikan surat, menempuh perjalanan antara Makkah dengan Madinah hanya jangka waktu tiga hari.

Dia pun menyertakan surat itu tatkala beliau sedang berada di Masjid Kuba. Beliau memerintahkan Ubay bin Ka’ab untuk membacakan surat tersebut dan memerintahkan untuk merahasiakannya. Seketika itu pula beliau pergi ke Madinah, lalu merembukkan permasalahannya dengan para pemuka Muhajirin dan Anshar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement