Kamis 05 Aug 2021 16:47 WIB

Ambisi Yazid Bin Muawiyah untuk Raih Baiat Husain Cucu Nabi 

Yazid bin Muawiyah menginginkan baiat kepada dirinya dari Husain.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Yazid bin Muawiyah mengnginkan baiat kepada dirinya dari Husain. Ilustrasi Husain cucu Nabi Muhammad SAW
Foto: MgIt03
Yazid bin Muawiyah mengnginkan baiat kepada dirinya dari Husain. Ilustrasi Husain cucu Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muawiyah bin Abi Sufyan wafat pada tahun 60 Hijriyah dan putranya, Yazid bin Muawiyah kemudian menggantikan kepemimpinannya. Usia Yazid saat itu adalah 34 tahun. 

Namun di saat itulah masalah akan terjadi padanya, yaitu karena cucu Nabi Muhammad yakni Husain bin Ali, dan Abdullah bin Zubair, memilih jalur berseberangan dari Yazid. 

Baca Juga

Ibnu Katsir melalui kitab Al-Bidayah wa Al-Nihayah, menjelaskan, Yazid diangkat menjadi khalifah setelah ayahnya wafat pada Rajab tahun 60 Hijriyah. Dia cerdik, tak satupun petugas wilayah yang menjabat semasa ayahnya dipecat.  

Dia menunjuk Al Walid bin Butbah bin Abi Sufyan gubernur Madinah, An Nu’man bin Basyir gubernur Kufah, Ubaidillah bin Ziyad gubernur Bashrah, dan Amr bin Said bin Al Ash gubernur Makkah. Tak ada ambisi baginya, kecuali mendapat baiat dari mereka yang menentang baiat terhadap keputusan penunjukkan Muawiyah terhadap Yazid. 

Untuk menjadi khalifah usai ayahnya wafat, Yazid meminta pemimpin Kota Madinah Walid bin Utbah bin Abi Sofyan untuk mendesak penduduk Madinah mengambil sumpah setia kepada dirinya.

Namun, Husain bin Ali dan Abdullah bin Zubair tidak bersedia membaiat Yazid sebagai khalifah. "Seorang pria seperti saya tidak bersumpah setia secara diam-diam dan tidak hak engkau memaksaku tetapi jika semua orang berkumpul dan engkau ajak kami bersama mereka, itu baru satu suara," kata Husain saat diminta Walid untuk membaiat Yazid.

Kemudian terjadi percakapan antara Marwan kepada Walid, yang isinya bahwa jika Husain tidak membaiat Yazid, maka akan terjadi ketegangan yang meningkat antara Husain dan Yazid. Lalu Husein bangun dan berkata, "Kau akan membunuhku? Aku telah berbohong. Aku berdosa." Kemudian Marwan kepada Walid, "Demi Allah, kami tidak akan pernah melihatnya lagi."

"Demi Allah, Marwan, aku tidak suka jika aku mendapatkan dunia dan apa yang ada di dalamnya, bahwa aku membunuh Husain. Subhanallah! Membunuh Husain karena dia menyatakan tidak membaiat (Yazid)? Demi Allah, siapapun yang membunuh Husain, aku tidak akan pernah mengira pelaku akan mendapatkan keringanan timbangan (amal) kelak di akhirat," kata Walid kepada Marwan.

Lalu Walid mengirim utusan kepada Abdullah bin Zubair tetapi dia menolak dan menundanya selama sehari semalam. Ibn Zubair berangkat ke Makkah. Begitu pun Husain.

Di sisi lain, Abdullah bin Umar sebagai putra khalifah kedua Umar bin Khattab, menjawab diplomatis dan menunggu baiat dari masyarakat Madinah. "Jika orang-orang berjanji setia (membaiat Yazid), maka tidak ada yang tersisa selain saya yang berjanji setia, dan mereka tidak takut padanya," kata Abdullah bin Umar saat diminta membaiat Yazid. Al Waqidi mengatakan, “Ibn Umar dan Ibn Abbas bertemu Husain dan Ibn Zubair di Makkah. Lalu ditanyakan, "Apa yang ada di belakangmu?" Mereka (Ibn Umar dan Ibn Abbas) menjawab, "Wafatnya Muawiyah dan baiat kepada Yazid bin Muawiyah."

Ibnu Umar berkata kepada mereka, "Takutlah kepada Allah dan jangan membeda-bedakan antara kelompok Muslim." Lalu Ibnu Umar dan Ibnu Abbas pergi ke Madinah, dan ketika baiat datang dari wilayah lain, Ibnu Umar pun berjanji setia bersama orang-orang.

Adapun Husain dan Ibn Zubair, mereka datang ke Makkah dan menemui Amr bin Said di sana, mereka meminta perlindungan dan berkata, "Kami datang untuk berlindung di Rumah ini."

 

Sumber: youm7 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement