Kamis 12 Aug 2021 17:52 WIB

Kepercayaan Masyarakat pada Data Covid Pemerintah Rendah

Survei tunjukan sebanyak 43,3 persen masyarakat tak percaya data Covid pemerintah.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bayu Hermawan
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan kepercayaan masyarakat terhadap data terkait Covidd-19 yang disajikan pemerintah tergolong rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, diketahui sebanyak 43,3 persen masyarakat tidak percaya dengan data Covid-19 yang disampaikan oleh pemerintah.

"Kemampuan pemerintah pusat dalam penanganan pandemi Covid-19 dan kepercayaan terhadap data terkait Covid-19 yang disajikan pemerintah tergolong rendah," ujar Yunarto rilis daringnya, Kamis (12/8).

Baca Juga

Dari 43, 3 persen itu, 37,1 persen menyatakan kurang percaya dan 6,2 persen menyatakan tidak percaya sama sekali. Sementara itu, 53,1 persen masyarakat menyatakan percaya dengan data Covid-19 yang disajikan oleh pemerintah. Dari 53,1 persen, 4,5 persen masyarakat menyatakan sangat percaya dan 48,6 persen mengaku cukup percaya.

Yunarto mengatakan, yang dibutuhkan masyarakat paling tidak adalah kejujuran dan keterbukaan informasi. Kepercayaan masyarakat terhadap data perlu segera dibangun oleh pemerintah. Sebab jika kepercayaan publik tak hadir, sebanyak apapun kebijakan penanganan Covid-19 tidak akan maksimal pelaksanaannya.

"Kalau hal-hal penting terkait data ada apatisme, skeptis masyarakat, cenderung tidak percaya akan cenderung sulit untuk kita berharap adanya kolaborasi antara pemerintah dan warga," katanya.

Pembangunan kepercayaan publik dinilainya belum dilakukan maksimal oleh pemerintah, khususnya yang terkait dengan data Covid-19. Padahal, data dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan penanganan pandemi.

Di samping itu, ia juga mengkritik komunikasi pemerintah kepada publik terkait kebijakan penanganan Covid-19. Hal tersebut semakin diperparah dengan hadirnya istilah-istilah yang kerap berganti selama penerapannya.

"Komunikasi menjadi PR (pekerjaan rumah) besar untuk pemerintah, siapa panglima komando penanganan, berubah-ubah formasi. Semoga tidak terjadi lagi perubahan dan otomatis gaya komunikasi dan pendekatan tidak akan berubah," ujar Yunarto.

Charta Politika melakukan survei pada 12 hingga 20 Juli 2021, dengan jumlah responden sebanyak 1.200. Metode wawancara dilakukan secara tatap muka, dengan metode multistage random sampling

Unit sampling primer survei (PSU) ini adalah desa/kelurahan dengan jumlah masing-masing 10 orang dari 120 desa/kelurahan yang tersebar di Indonesia. Adapun margin of error sebesar kurang lebih 2,83 persen. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement