REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag RI Tarmizi Tohor mengapresiasi adanya gerakan inovasi berupa Program Kampus Zakat yang diinisiasi oleh Forum Zakat (FOZ). Hal ini disampaikan dalam agenda Launching Program Kampus Zakat ‘Amil Unggul – Indonesia Maju’ pada Sabtu, (14/8).
“Saya ingin sekali melihat nantinya, kampus ini memberikan sumbangsih dalam pengembangan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang zakat secara detail, sehingga betul-betul bisa dipahami orang tidak hanya dalam bentuk yang tradisional,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini, kebanyakan orang hanya tahu bahwa jika tidak berzakat maka akan berdosa. “Orang harus tau bagaimana zakat bisa memperbaiki ekonomi, bagaimana zakat itu bisa merubah kehidupan orang, dan bagaimana zakat itu bisa menciptakan pemberdayaan sosial. Karena itu, perlu sekali kerjasama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan literasi zakat di tengah masyarakat,” lanjutnya.
Sehingga nantinya, akan lahir amil professional yang adaptif, strategis dan mampu menjawab tantangan zaman. “Jadi ke depan, amil bukan hanya sekedar bekerja mengumpulkan zakat tapi dia juga bisa memberikan penjelasan secara modern di tengah masyarakat,” tandasnya.
Sementara, Sekretaris Umum Forum Zakat Irvan Nugraha mengatakan Program Kampus Zakat ini hadir karena menyadari karena tidak terhitungnya ide besar yang untuk Gerakan Zakat yang lahir dari instansi Pendidikan Tinggi.
“Gerakan Zakat boleh jadi tidak akan lahir tanpa aktivis kemahasiswaan, dan spirit kerelawanan mahasiswa juga terus berputar karena kehadiran amil zakat. Kami mengatakannya sebagai lingkaran kebaikan, dan kemudian muncul dari sini pula sebuah kegelisahan besar. Yakni fakta bahwa dalam lingkaran kebaikan ini ada satu lubang yang belum terisi, yaitu ranah akademis. Bagaimana hubungan yang sedemikian eratnya antara mahasiswa dan amil belum mengakomodir kepentingan akademik secara maksimal. Sehingga produk-produk akademik juga masih memiliki gap aplikatif yang sedemikian besarnya bagi praktisi zakat,” jelas Irvan yang juga merupakan CMO Rumah Zakat ini.
Kondisi ini, menurutnya kemudian dijawab dengan adanya Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diluncurkan oleh Menteri Nadiem Makarim yang dilihat sebagai peluang solusi bagi gerakan zakat.
“Meneladani apa yang telah dilaksanakan oleh Kemenristekdikti, kami secara intensif mencoba mempelajari dan mengaplikasikannya di gerakan zakat. Bagi Kementerian Agama, inipun adalah peluang, bahwa keberadaan 58 Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dan 827 Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta yang belum terakomodir dalam website Kampus Merdeka DIKTI tahun ini, tentu harus segera kita respon,” ujarnya
Selain itu, hadirnya SKKK Amil Zakat yang telah disempurnakan menjadi SKKNI Amil Zakat merupakan modal utama untuk mempertemukan Kompetensi yang ada dalam Gerakan Zakat dengan Capaian Pembelajaran Lulusan, ataupun Capaian Pembelajaran Mata Kuliah dari berbagai Prodi/Jurusan. Sehingga kegelisahan dosen atas kepastian capaian Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan oleh mahasiswa dapat terjawab secara harmonis dengan kebutuhan Gerakan Zakat atas hadirnya amil yang kompeten bersamaan dengan tata kelola yang matang secara praktis juga memiliki landasan akademik.
“Inisiatif ini yang mempertemukan FOZ dengan Asosiasi Program Studi Ekonomi Islam Indonesia (APSEII) dan saat ini kami telah melakukan ‘pernikahan massal’ antara 61 OPZ dan 16 Kampus yang mengintegrasikan setidaknya 36 Unit Kompetensi Amil dengan 98 variasi Mata Kuliah yang diselenggarakan selama 1 semester dan setara dengan 20 SKS,” jelasnya.