Selasa 17 Aug 2021 17:12 WIB

Hutama Karya Pastikan Pembangunan JTTS Tak Rusak Ekosistem

Dampak lingkungan jadi perhatian Hutama Karya saat kajian dan sebelum proyek dimulai.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Foto udara pembangunan proyek jalan tol Trans Sumatra ruas Palembang-Bengkulu Seksi Indralaya-Prabumulih di Indralaya, Ogan Ilir (OI), Sumatra Selatan, beberapa waktu lalu. PT Hutama Karya (Persero) memastikan pembangunan dan operasional Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) tidak merusak ekosistem.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Foto udara pembangunan proyek jalan tol Trans Sumatra ruas Palembang-Bengkulu Seksi Indralaya-Prabumulih di Indralaya, Ogan Ilir (OI), Sumatra Selatan, beberapa waktu lalu. PT Hutama Karya (Persero) memastikan pembangunan dan operasional Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) tidak merusak ekosistem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hutama Karya (Persero) memastikan pembangunan dan operasional Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) tidak merusak ekosistem.

Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro mengatakan, perusahaan telah melakukan berbagai kajian dan analisis dampak pembangunan JTTS bagi lingkungan dan masyarakat. "Mitigasi risiko dapat dilakukan sejak awal," kata Koentjoro dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (17/8).

Baca Juga

Dia menegaskan, Hutama Karya sudah menghitung Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menuturkan JTTS membawa banyak dampak dan manfaat bagi masyarakat khususnya di Sumatra.

Koentjoro menjelaskan, Hutama Karya juga memperhatikan setiap tahapan-tahapan dalam proses pembangunan jalan tol. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya perusahaan untuk meminimalisasi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif yang terjadi dalam prosesnya.

"Amdal menjadi fondasi awal proses pembangunan karena mencakup seluruh komponen-komponen yang menyangkut dampak terhadap lingkungan hidup serta menjamin suatu usaha atau kegiatan layak secara lingkungan," kata Koentjoro.

Kerapkali komponen lingkungan baik fisik maupun kimia timbul sebagai dampak potensial dalam tahapan konstruksi pembangunan jalan tol. Dampak potensial yang timbul di antaranya yakni penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara, hingga perubahan bentang alam.

"Hal tersebut pada dasarnya telah menjadi perhatian Hutama Karya saat melakukan proses kajian sebelum tahap konstruksi dimulai," ujar Koentjoro.

Koentjoro memastikan beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi timbulnya permasalahan tersebut. Beberapa di antaranya yakni penggunaan alat berat, kendaraan dan mesin pendukung yang layak pakai serta terkontrol emisinya, memindahkan drainase eksisting atau membuat drainase sementara untuk mengganti drainase eksisting selama pekerjaan tanah berlangsung, perencanaan dan menguruk tanah sesuai dengan prosedur yang berlaku mengacu pada SNI dan standar teknis, melakukan penanganan permukaan yang miring dengan perkerasan atau penanaman rumput.

"Pada tahap konstruksi Hutama Karya melakukan pemilihan metode aplikasi tiang pancang dalam membangun jembatan penghubung untuk meminimalisir tingkat kebisingan dan timbulnya efek pergerakan tanah yang besar," kata Koentjoro.

Tercatat hingga saat ini sepanjang 531 kilometer JTTS telah dioperasikan dan dapat dilalui oleh masyarakat. Melalui akun Instagram resminya, Jokowi menyampaikan banyak manfaat atas terbangunnya JTTS.

Jokowi mengatakan, Jalan tol Trans Sumatra akan memangkas waktu tempuh antardaerah, memperlancar arus barang, dan menghidupkan titik-titik perekonomian baru di sepanjang Sumatra. "Pembangunan dan pengoperasiannya juga menyerap ratusan ribu tenaga kerja," ujar Jokowi.

Jokowi menekankan pembangunan infrastruktur menjadi salah satu strategi yang memberikan daya ungkit bagi percepatan pemulihan ekonomi nasional. Hal tersebut sejalan dengan arahan pemerintah dan tema HUT ke-76 Republik Indonesia yaitu Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement