REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi, mengatakan, pengadaan mobil dinas baru untuk Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi dan Wakilnya Audy Joinaldy menjadi sorotan publik karena momentum tidak tepat. Menurut Asrinaldi, seharusnya Mahyeldi dan Audy menolak bantuan mobil dinas baru ini untuk memperlihatkan sense of crisis di tengah pandemi Covid-19.
"Persoalan ini (pengadaan mobil dinas baru) dihebohkan bukan boleh atau tidak. Tapi tidak dalam waktu yang tepat. Tidak sesuai dengan krisis yang terjadi," kata Asrinaldi, Rabu (18/8).
Asrinaldi kembali mengingat beberapa pekan lalu, Pemprov Sumbar juga mendapat kritikan karena belum menganggarkan bantuan untuk Laboratorium Fakultas Kedokteran Unand. FK Unand menurut Asrinaldi sekarang kewalahan karena setiap hari memeriksa ribuan sampel swab masyarakat Sumbar. Lab Unand di bawah pimpinan Dokter Andani Eka Putra bahkan sempat meminta donasi untuk menunjang aktivitas pemeriksaan sampel swab masyarakat.
"Dana bantuan untuk Lab katanya ada tapi masih ada pembahasan-pembahasan sampai akhirnya terlambat. Karena APBD belum tersedia. Sekarang tiba-tiba muncul mobil dinas baru dengan menggunakan APBD," ujar Asrinaldi.
Untuk meredam kekecewaan masyarakat, Asrinaldi menyarankan supaya Mahyeldi dan Audy segera mempercepat refocusing anggaran untuk penanganan pandemi. Karena selama keduanya menjadi gubernur dan wakil gubernur Sumbar, penanganan pandemi mengalami kemunduran dibandingkan masa kepala daerah sebelumnya Irwan Prayitno dan Nasrul Abit.
Pengadaan mobil dinas baru untuk gubernur dan wakil gubernur Sumbar menjadi sorotan karena dibeli saat situasi pandemi yang membutuhkan alokasi dana cukup besar. Mahyeldi kini diberi fasilitas mobil dinas Mitsubishi Pajero. Sedangkan Audy kini diberi Hyundai Palisade. Untuk pengadaan dua mobil dinas ini menelan anggaran Rp 2 miliar lebih.