REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir 70 persen penduduk Israel telah divaksinasi penuh dan kembali hidup normal di masa pandemi COVID-19. Namun saat ini angka infeksi kembali meningkat. Apa penyebabnya? Dapatkah dosis ketiga membantu?
Pada Maret lalu, Israel meyakini kembali hidup normal setelah mengalahkan COVID-19. Dengan populasi 9,3 juta, lebih dari setengahnya saat itu sudah mendapat dosis kedua dari vaksin COVID-19. Saat ini jumlah keseluruhan yang sudah mendapat dua dosis vaksin sudah mencapai 70 persen dari keseluruhan populasi dan jumlah yang divaksin terus meningkat.
Sebagai perbandingan, Jerman enam bulan yang lalu masih tertinggal jauh oleh Israel. Saat itu hanya 3,7 persen dari 83 juta penduduk Jerman yang telah mendapat vaksin dosis kedua. Sekarang, lebih 58 persen warga Jerman sudah mendapat vaksinasi penuh, dan 63 persen sudah mendapat vaksin dosis pertama.
Israel termasuk kategori negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi. Sebuah anekdot menyebutkan, penggunaan masker di tempat umum sudah tidak terlihat lagi dan kehidupan kembali normal.
Namun COVID-19 kembali
Dalam kurun 4 bulan, semua hal berubah lagi, beberapa negara bahkan mengeluarkan peringatan perjalanan bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Israel.
Kasus COVID-19 di Israel terus meningkat sejak pertengahan Juli. Pemerintah menyatakan, kasus infeksi terutama pada anak-anak yang belum divaksin, namun ada beberapa kasus infeksi yang di luar perkiraan.
Israel mengutip penelitian yang menyatakan, level perlindungan vaksin akan menurun seiring waktu, terlebih dalam melawan varian Delta.
Oleh sebab itu Israel ingin penduduknya mendapatkan dosis vaksin ketiga, untuk meningkatkan antibodi dan meningkatkan peluang melawan penyakit. Hal itu dikampanyekan dalam waktu cepat dan saat ini lebih dari 10 ribu orang divaksinasi setiap harinya sejak awal Agustus.