REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kekerasan bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali pada kalangan lanjut usia (lansia). Menurut studi terbaru, sejumlah lansia di negara bagian New York, Amerika Serikat pernah menjadi korban kekerasan.
Penelitian merupakan kolaborasi periset dari Cornell University dan University of Toronto. Hasil itu didapat dengan melibatkan peserta kalangan paruh baya selama periode 10 tahun hingga mencapai usia senja.
Survei dimulai pada 2009 dan dilakukan tindak lanjut kembali pada 2019 dengan sampel sebanyak 630 peserta. Dalam survei awal, peserta melaporkan tidak memiliki pengalaman menjadi korban kekerasan.
Studi membagi kategori kekerasan sebagai kekerasan finansial, kekerasan emosional, kekerasan fisik, penelantaran, dan pelecehan seksual. Satu dekade kemudian, hasil yang dilaporkan peserta berubah drastis.
Sebanyak 11,4 persen lansia melaporkan pernah menjadi korban penganiayaan. Kekerasan finansial adalah jenis yang paling umum (8,5 persen), diikuti kekerasan emosional (4,1 persen), dan kekerasan fisik (2,3 persen).
Penelantaran dialami oleh satu persen lansia tapi sama sekali tidak ada kasus pelecehan seksual yang dilaporkan. Menurut peneliti, kesehatan yang buruk menjadi faktor risiko utama dari penyebab kekerasan yang terjadi.
Para lansia yang hidup sendiri lebih mungkin mengalami kekerasan finansial, begitu juga lansia kulit hitam. Peneliti menyerukan upaya ekstra untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya penganiayaan lansia.
Jika kondisi kesehatan lansia buruk, tenaga kesehatan bisa menjadi garis depan pertahanan untuk mengatasi kasus kekerasan pada lansia. Sementara, kekerasan yang dialami lansia kulit hitam butuh program kepekaan budaya.
Salah satu penulis studi, Karl Pillemer, berpendapat isu soal lansia membutuhkan respons dari masyarakat luas. Pillemer adalah profesor gerontologi (ilmu tentang orang lanjut usia) di Weill Cornell Medicine (WCM).
"Pengembangan program untuk mencegah timbulnya penganiayaan lansia dan untuk memberikan dukungan pada korban sangat dibutuhkan," ujar Pillemer, dikutip dari laman Cornell.Edu.
Temuan penelitian telah diterbitkan pada 12 Agustus 2021 di JAMA Network Open. Pendanaan riset berasal dari hibah National Institute on Aging, bagian dari National Institutes of Health.