REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Berdasarkan studi terbaru, pemberian vaksin AstraZeneca menunjukkan adanya penurunan yang signifikan bagi infeksi Covid-19 bergejala parah di antara penerima.
Studi ini melihat kekebalan yang dibudidayakan dengan dosis AZD7442 AstraZeneca, atau disebut PROVENT, dan merupakan kombinasi dari dua antibodi yang berfungsi untuk menumbuhkan kekebalan terhadap Covid-19. Di antara uji coba secara acak, tidak ada pasien yang mengembangkan infeksi Covid-19 parah dan mengakibatkan rawat inap.
“Data PROVENT menunjukkan bahwa satu dosis AZD7442, yang diberikan dalam bentuk intramuskular, dapat dengan cepat dan efektif mencegah gejala Covid-19,” kata Myron Levin, profesor pediatri dan kedokteran di University of Colorado yang melakukan uji coba, dikutip salon, Sabtu (21/8).
Dengan hasil itu, kata dia, AZD7442 dapat menjadi alat penting untuk membantu orang-orang yang mungkin membutuhkan lebih dari sekadar vaksin. Khususnya, untuk kembali ke kehidupan normal mereka.
Dikatakan Levin, obat ini secara teknis memang bukan vaksin, tetapi masih dirancang untuk menimbulkan respons kekebalan terhadap Covid-19, dan memberikan perlindungan berkelanjutan terhadap virus. Dua Antibodi Kerja Panjang––dilambangkan sebagai LAAB––adalah tixagevimab dan cilgavimab, yang keduanya berasal dari plasma pemulihan pasien Covid-19.
Diketahui, LAAB diturunkan oleh peneliti Vanderbilt dan dijual ke AstraZeneca pada Juni 2020.Lebih lanjut, Mene Pangalos, wakil presiden eksekutif AstraZeneca, mengatakan, PROVENT dimaksudkan sebagai suplemen vaksin Covid-19 bagi mereka yang mungkin tidak dilindungi dengan memadai.
“Kami sangat terdorong oleh data kemanjuran dan keamanan ini pada orang berisiko tinggi, menunjukkan kombinasi antibodi jangka panjang kami berpotensi melindungi dari penyakit simtomatik dan parah, di samping vaksin,” katanya dalam siaran pers.