Sabtu 21 Aug 2021 13:10 WIB

Studi: AstraZeneca Mampu Kurangi Kasus Covid-19 yang Parah

Berdasarkan data, penerima Astrazeneca tidak ada yang alami ibfeksi Covid-19 parah

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Seorang dokter menyiapkan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19. Berdasarkan studi terbaru, vaksin AstraZeneca menunjukkan penurunan yang signifikan bagi infeksi Covid-19 bergejala parah di antara penerima.
Foto: EPA-EFE/Bagus Indahono
Seorang dokter menyiapkan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19. Berdasarkan studi terbaru, vaksin AstraZeneca menunjukkan penurunan yang signifikan bagi infeksi Covid-19 bergejala parah di antara penerima.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Berdasarkan studi terbaru, pemberian vaksin AstraZeneca menunjukkan adanya penurunan yang signifikan bagi infeksi Covid-19 bergejala parah di antara penerima.

Studi ini melihat kekebalan yang dibudidayakan dengan dosis AZD7442 AstraZeneca, atau disebut PROVENT, dan merupakan kombinasi dari dua antibodi yang berfungsi untuk menumbuhkan kekebalan terhadap Covid-19. Di antara uji coba secara acak, tidak ada pasien yang mengembangkan infeksi Covid-19 parah dan mengakibatkan rawat inap.

“Data PROVENT menunjukkan bahwa satu dosis AZD7442, yang diberikan dalam bentuk intramuskular, dapat dengan cepat dan efektif mencegah gejala Covid-19,” kata Myron Levin, profesor pediatri dan kedokteran di University of Colorado yang melakukan uji coba, dikutip salon, Sabtu (21/8).

Dengan hasil itu, kata dia, AZD7442 dapat menjadi alat penting untuk membantu orang-orang yang mungkin membutuhkan lebih dari sekadar vaksin. Khususnya, untuk kembali ke kehidupan normal mereka.

Dikatakan Levin, obat ini secara teknis memang bukan vaksin, tetapi masih dirancang untuk menimbulkan respons kekebalan terhadap Covid-19, dan memberikan perlindungan berkelanjutan terhadap virus. Dua Antibodi Kerja Panjang––dilambangkan sebagai LAAB––adalah tixagevimab dan cilgavimab, yang keduanya berasal dari plasma pemulihan pasien Covid-19.

Diketahui, LAAB diturunkan oleh peneliti Vanderbilt dan dijual ke AstraZeneca pada Juni 2020.Lebih lanjut, Mene Pangalos, wakil presiden eksekutif AstraZeneca, mengatakan, PROVENT dimaksudkan sebagai suplemen vaksin Covid-19 bagi mereka yang mungkin tidak dilindungi dengan memadai. 

“Kami sangat terdorong oleh data kemanjuran dan keamanan ini pada orang berisiko tinggi, menunjukkan kombinasi antibodi jangka panjang kami berpotensi melindungi dari penyakit simtomatik dan parah, di samping vaksin,” katanya dalam siaran pers.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement