REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Youtube menyatakan telah menghapus lebih dari 1 juta video berbahaya yang berisi informasi keliru tentang Covid-19. Pernyataan oleh platform video milik Google itu muncul pada Rabu (25/8), ketika Youtube mendapat kecaman dari para pemimpin politik Amerika Serikat (AS) karena dinilai gagal membendung penyebaran informasi salah, berbahaya, serta disinformasi tentang virus dan topik lainnya.
Dilansir laman Voa News, Kamis (26/8), Youtube mengatakan dalam sebuah unggahan bahwa itu bergantung pada konsensus ahli dari organisasi kesehatan, termasuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) dan WHO. Namun Youtube mencatat dalam beberapa kasus, informasi yang salah kurang jelas ketika fakta baru muncul.
"Kebijakan kami berpusat pada penghapusan video apa pun yang secara langsung dapat menyebabkan bahaya di dunia nyata yang mengerikan," tulis Chief Product Officer Youtube, Neal Mohan.
Sejak Februari 2020, mereka telah menghapus lebih dari satu juta video terkait informasi virus corona yang berbahaya, seperti pengobatan palsu atau klaim hoaks. "Di tengah pandemi global, setiap orang harus dipersenjatai dengan informasi terbaik yang tersedia untuk menjaga diri dan keluarga mereka tetap aman," kata dia.
Youtube mengatakan sedang bekerja untuk mempercepat proses penghapusan video dengan informasi yang salah sekaligus mengirimkannya dari sumber yang berwenang. Mohan menyebut, penghapusan cepat dinilai penting. "Tetapi kami tahu itu tidak cukup. Hal terpenting yang dapat kami lakukan adalah meningkatkan yang baik dan mengurangi yang buruk," kata dia.
Saat pengguna mencari berita atau informasi, mereka mendapatkan hasil yang dioptimalkan untuk kualitas, bukan seberapa sensasional kontennya. Youtube juga mengatakan telah menghapus ribuan video karena melanggar kebijakan misinformasi pemilu sejak pemungutan suara AS pada November, dengan tiga perempat dihapus sebelum mencapai 100 penayangan.