Kamis 02 Sep 2021 18:34 WIB

Manakah yang Lebih Jernih Akal atau Hati Manusia?

Akal dan hati manusia mempunyai peran dan fungsi masing-masing

Akal dan hati manusia mempunyai peran dan fungsi masing-masing. Ilustrasi dzikir mensucikan hati
Foto: Republika TV
Akal dan hati manusia mempunyai peran dan fungsi masing-masing. Ilustrasi dzikir mensucikan hati

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, — Sejak dulu para filsuf memisahkan antara akal dan hati. Akal lebih berkaitan dengan logika. Berpikir, berdalil, mengkaji berbagai cabang ilmu, dan filsafat.

Ini semua adalah domain akal. Sementara hati lebih berkaitan dengan rasa dan seni. Menggubah puisi, menciptakan karya seni dan sebagainya, ini masuk dalam domain hati. 

Baca Juga

Benarkah akal dan hati bisa dipisah? Benarkah keduanya memiliki fungsi yang berbeda? Ada baiknya kita melihat bagaimana Alquran membicarakan hal ini.  

Tidak ditemukan dalam Alquran kata ‘akal’ (العقل) dalam bentuk isim. Yang ada, kata akal selalu disebutkan selalu dalam bentuk fi’il (kata kerja) seperti : تعقلون , نعقل  

Ini menjadi indikasi bahwa akal bukanlah benda atau alat, melainkan fungsi atau aktivitas. Dari sini tampak beda antara akal dengan otak (الدماغ/المخ). 

Kalau akal adalah fungsi dan aktivitas, lalu apa alat yang menjadi medianya? Itulah hati. Coba perhatikan ayat berikut :

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (الحج : 46)

“Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi sehingga mereka punya hati yang dengan hati itu mereka berakal (berpikir), atau telinga yang mereka gunakan untuk mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, melainkan hati yang ada di dada.” (QS Al Hajj ayat 46) 

Fokuskan pada kalimat : قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا “hati yang dengannya mereka berpikir…”. Ternyata berpikir itu menggunakan hati. 

Ada yang mencoba mentakwil kata ‘hati’ di sini, dan mengatakan bahwa boleh jadi yang dimaksud dengan hati dalam ayat ini adalah otak. Bagian akhir ayat membantah takwil ini, karena dengan tegas disebutkan: “hati yang di dada…” bukan yang di kepala.   

Hakikat hati, rasa, akal, pikiran dan hubungannya dengan otak dan jantung, tentu tidak sesederhana itu. Para ilmuwan terus mengkaji hal ini. Tentu dengan latarbelakang keilmuan dan ideologi masing-masing.  

Hanya, melihat hati hanya sebagai alat yang bertugas memompa darah semata, tidaklah tepat.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement