REPUBLIKA.CO.ID, – Imam Abu Hamid Al Ghazali berpandangan bahwa berdebat pada perkara khilafiyah (perkara yang di dalamnya terdapat ragam pandangan) mengandung bahaya dan keburukan.
Salah satunya ialah memunculkan sikap mencari-cari kelemahan lawan di antara kaum Muslim yang sedang berdebat. Padahal, Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kalian mengintip dan memata-matai kelemahan orang lain..." (QS Al Hujurat ayat 12)
Dalam kitab Ihya Ulumiddin, Al Ghazali juga mengutarakan, berdebat pada masalah khilafiyah cenderung menimbulkan sikap mengumpat atau ghibah di antara kaum Muslim.
Allah SWT telah memperingatkan, bahwa sikap mengumpat bagaikan memakan bangkai saudara sendiri yang telah meninggal dunia.
"Kecenderungan seorang pendebat akan mencari-cari dan mengungkapkan kebodohan, kelemahan, kekurangan serta ketidaktahuan lawan bicaranya," tuturnya.
Selain itu, berdebat soal khilafiyah juga bisa memunculkan sikap mengklaim bahwa dirinyalah yang suci di antara kaum Muslim yang sedang berdebat. Allah SWT berfirman:
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ "Janganlah kalian menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya hanya Allah yang paling mengetahui siapa orang yang paling bertakwa di antara kalian." (QS An Najm ayat 32).
Al Ghazali juga mengingatkan, perdebatan pada masalah khilafiyah dapat menimbulkan sikap nifaq atau munafik pada diri Muslim yang berdebat. Orang yang berdebat memang menunjukkan sikap yang bersahabat kepada lawan debatnya, tetapi itu hanya secara lahiriah.
Sebab, jauh di dasar sanubari, dia memendam kebencian kepada lawan debatnya. Rasulullah SAW pun melarang perdebatan walaupun sekadar berbincang tetapi isinya tidak bermanfaat dan dapat mengarah pada perdebatan. Rasulullah SAW bersabda:
من ترك الكذب وهو باطل بني له في ربض الجنة، ومن ترك المراء وهو محق بني له في وسطها، ومن حسن خلقه بني له في أعلاها.
"Siapa yang meninggalkan perdebatan, sementara dia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik).