Jumat 03 Sep 2021 14:46 WIB

Selain Covid 19, Antisipasi juga Penyakit tidak Menular

Selain wabah penyakit menular, Indonesia mempunyai masalah dengan Penyandang PTM.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Dosen Fakultas Kedokteran Unisba Dr Yani Triyani dr SpPK Mkes (kanan) menyebut, kekuatan sistem kesehatan nasional saat ini diuji seiring dengan eskalasi kasus Covid-19 yang telah melanda seluruh provinsi di Indonesia.
Foto: Istimewa
Dosen Fakultas Kedokteran Unisba Dr Yani Triyani dr SpPK Mkes (kanan) menyebut, kekuatan sistem kesehatan nasional saat ini diuji seiring dengan eskalasi kasus Covid-19 yang telah melanda seluruh provinsi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia saat ini telah berdampak pada berbagai sektor kesehatan maupun nonkesehatan. Masing-masing negara menyikapinya dengan mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka memutus mata rantai penularan dan mengurangi dampak yang terjadi.

Menurut Dosen Fakultas Kedokteran Unisba Dr Yani Triyani dr SpPK Mkes, kekuatan sistem kesehatan nasional saat ini diuji seiring dengan eskalasi kasus Covid-19 yang telah melanda seluruh provinsi di Indonesia. Saat ini, fasilitas pelayanan kesehatan menjadi garda terdepan dalam menghadapi masalah kesehatan di masyarakat akibat Covid-19. 

Puskesmas yang selama ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan untuk menjangkau masyarakat di wilayah kerjanya, semakin penting perannya untuk penanggulangan Covid-19. Namun, selain wabah penyakit menular, Indonesia juga mempunyai masalah dengan Penyandang PTM (penyakit tidak menular) yang merupakan populasi sangat rentan terhadap infeksi Covid-19, bahkan disertai jumlah kematian yang cukup tinggi. 

"Ini harus jadi perhatian," ujar Yani di acara KASTRAG (Kajian Strategi) dibawakan Himpunan mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung yang digelar secara Online via Zoom dan Live Streaming YouTube dengan tema Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular, Serta Penguatan Health Security Selama Pandemi Covid-19, belum lama ini.

Penyebab umum PTM, kata dia, karena beberapa organ dalam tubuh penderita telah mengalami gangguan. Sehingga, dapat menurunkan imunitas tubuh dan meningkatkan risiko kematian apabila menderita Covid-19.

"Fatality Rate-nya akan semakin meningkat jika kondisi PTM tidak terkontrol. Gejala yang ditimbulkan Covid-19 ini sangat beragam, mulai dengan gejala ringan sampai berat yang berujung pada kematian," katanya.

Covid-19, kata dia, bisa menginfeksi siapa saja tetapi fatality ratenya meningkat pada kelompok usia lanjut dan kelompok yang memiliki komorbid, salah satunya penyakit tidak menular (PTM) dan faktor risiko. Seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronis, penyakit kanker, dan konsumsi rokok.

Menurutnya, berdasarkan survei terbaru Badan Kesehatan Dunia-WHO layanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan selain kasus Covid-19 menjadi terganggu. Sebagai contoh lebih dari setengah (53 persen) dari 155 negara yang disurvei menyatakan akses dan layanan masyarakat untuk pengobatan hipertensi menjadi tertunda.

Dampak serupa juga, kata dia, tampak pada 49 persen untuk pengobatan diabetes dan komplikasi yang berhubungan dengan diabetes, 42 persen untuk pengobatan kanker, dan 31 persen untuk keadaan darurat kardiovaskular. Bahkan, kata dia, program pencegahan seperti skrining (kanker payudara dan serviks) juga ikut terganggu di lebih dari 50 persen negara.

"Upaya pencegahan, dan pengendalian PTM perlu terus diterapkan secara aman dan efektif, disertai dengan meminimalisir risiko dan dampak penularan Covid-19 baik bagi petugas maupun masyarakat yang dilayani," katanya.

Yani menilai, diperlukan sebuah kebijakan yang dapat menanggulangi dan meminimalisir risiko adanya kenaikan angka sakit karena penyakit menular pada masa pandemi Covid-19 ini. Baik berupa kebijakan pemerintah maupun pelayanan kesehatan setempat.

Menurutnya, penguatan Health Secrirty Selama Pandemi, yaitu membangun kapasitas keamanan kesehatan (health security). WHO mendefinisikan sebagai kegiatan penting untuk meminimalkan bahaya dan dampak kegawat-daruratan kesehatan masyarakat akibat pandemi COVID-19 contohnya, yang dapat membahayakan kesehatan kolektif penduduk, di dalam dan di luar wilayah geografis suatu negara, melewati batas internasional. 

Untuk mengatasi permasalahan health security, kata dia, pada Juni 2017 International Health Regulation (IHR) diberlakukan untuk semua Negara Anggota World Health Organization (WHO), termasuk Indonesia.     "Indonesia harus menyiapkan dan melaksanakan rencana implementasi nasional untuk memperkuat, mengembangkan dan mempertahankan kapasitas inti kesehatan masyarakat," katanya.

Menurut Yani, diperlukan keluasan wawasan dari berbagai lintas sektoral untuk dapat menjalankan Health security secara bersama bahu membahu pada saat pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Salah satu isu strategis yang dapat diusung untuk membantu mengatasi masalah kesehatan di masyarakat adalah dengan dikenalkannya academic health system yang melibatkan jalinan kerja sama antara institusi pendidikan, institusi kesehatan yang berada di masyarakat (Puskesmas, Rumah sakit dll) dan unsur pemberdayaan masyarakat sendiri, yang apabila dikolaborasikan akan mendatangkan hasil yang berguna bagi masyarakat. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement