REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Angka stunting atau tumbuh kerdil di Kabupaten Bogor mencapai 56.867 balita. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor pun menargetkan bisa menurunkan angka stunting di wilayahnya.
Bupati Bogor, Ade Munawaroh Yasin, menuturkan, Pemkab Bogor berkomitmen pada 2023 prevalensi stunting berada di bawah 100 persen. Berdasarkan data di aplikasi elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM) pada 2021, diperoleh hasil prevalensi stunting sebesar 12,79 persen.
"Alhamdulillah (tahun) ini lebih rendah 5,04 persen dari target 17,83 persen di tahun 2020," ujar Ade di Kabupaten Bogor, Senin (6/9).
Menurut dia, penajaman sasaran wilayah penanganan stunting pada tahun lalu, ditetapkan 38 desa di 14 kecamatan Kabupaten Bogor. Lokasi itu sebagai lokus fokus intervensi stunting. Adapun pada 2021, terdapat 68 desa dari 26 kecamatan di Kabupaten Bogor yang menjadi lokasi fokus intervensi.
Ade mengatakan, upaya lain pencegahan stunting juga dilakukan dengan cara tidk langsung, melalui penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi, peningkatan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan kesetaraan gender. Menurut dia, kajian penerapan pola hidup bersih sehat, turut menurunkan angka stunting.
Khususnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun yang meningkat pesat selama pandemi Covid-19, sambung dia, berkorelasi pada menurunnya angka kasus diare dan infeksi. Padahal, dua penyakit itu turut menjadi salah satu penyebab stunting. Sehingga dengan menjadikan kebiasaan hidup bersih bisa menghindarkan balita dari stunting.
"Itu harus dipertahankan sebagai salah satu bentuk intervensi sensitif mengurangi tingkat stunting ke depan secara keseluruhan. Jadi pola hidup sehat juga dapat mencegah terjadinya stunting harus disosialisasikan secara masif,” kata Ade.