REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina menargetkan pemasangan PLTS di 5.000 SPBU yang berpotensi menghemat sebesar total Rp 4 miliar dalam setahun untuk keseluruhan SPBU tersebut yang dihasilkan dari penghematan biaya tagihan listrik. Pemasangan PLTS tersebut akan dilakukan oleh Pertamina NRE sebagai subholding Pertamina.
Transisi energi yang sedang dilakukan Pertamina tampak pada wajah SPBU Pertamina yang baru. Green Energy Station, konsep baru SPBU Pertamina, menyediakan layanan secara terintegrasi dan lebih ramah lingkungan kepada konsumen. Salah satu yang terlihat berbeda pada GES adalah penggunaan PLTS Atap untuk memenuhi kebutuhan listrik.
“Pertamina mendukung upaya pencapaian net zero emission. SPBU yang selama ini hanya dikenal sebagai tempat untuk mengisi BBM menjadi lebih ramah lingkungan dengan konsep GES, di mana kebutuhan listriknya dipenuhi dengan PLTS serta menyediakan layanan untuk gaya hidup konsumen yang lebih ramah lingkungan. Pemasangan PLTS di 5.000 SPBU diperkirakan berpotensi menurunkan emisi sebesar 34 ribu ton CO2 per tahun,” ungkap Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro.
Tidak hanya dekarbonisasi, penggunaan PLTS berpotensi memberikan keuntungan ekonomi bagi pemilik SPBU sampai dengan Rp1 juta per bulan yang berasal dari penghematan biaya tagihan listrik. Apabila sebanyak 5.000 SPBU memasang PLTS dengan kapasitas 5 KWp, maka total potensi penghematan yang dihasilkan sekitar Rp 4 milyar dalam setahun.
PLTS yang dipasang di SPBU adalah PLTS Atap dengan sistem on grid, di mana PLTS terintegrasi dengan jaringan penyedia listrik sebagai tempat penyimpanan energi yang dihasilkan dari panas matahari. Hal ini untuk meningkatkan fleksibilitas dan berbagi peran sebagai cadangan pasokan listrik. Dibandingkan dengan sistem off grid, PLTS sistem on grid menggunakan teknologi yang lebih sederhana sehingga biaya pemasangan juga lebih kompetitif.
Hasil riset yang dilakukan oleh BloombergNEF menunjukkan bahwa pada rentang waktu 2010 sampai dengan 2020, biaya investasi PLTS turun drastis hingga 90 persen. Dengan semakin berkembangnya teknologi serta meningkatnya skala ekonomi, diproyeksikan biaya pemasangan PLTS akan menjadi kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil.
Bukan hanya itu, pengoperasian dan perawatan PLTS Atap relatif mudah. Untuk perawatan, panel surya hanya perlu dibersihkan minimal setiap 6 bulan sekali agar terhindar dari kotoran dan jamur. Aspek HSSE menjadi prioritas utama dalam bisnis Pertamina sehingga proses konstruksi PLTS dipastikan aman.
“Keamanan dan kenyamanan konsumen sangat kami perhatikan. HSSE Golden Rules sudah menjadi budaya di Pertamina, di mana aspek keamanan dan keselamatan tidak akan lepas dari setiap aktivitas operasi kami, sehingga konsumen tidak perlu khawatir,” tambah Dannif.
Hal menarik lainnya dari PLTS Atap adalah tampilan panel surya yang futuristik dapat memberikan fungsi dekoratif pada atap SPBU. Di beberapa negara dengan pemanfaatan PLTS yang sudah lebih maju, produk panel surya yang dihasilkan produsen tidak hanya memberikan manfaat fungsional tapi juga lebih bervariasi dengan beberapa pilihan warna yang menambah manfaat dekoratif pada atap bangunan.