Selasa 21 Sep 2021 12:13 WIB

Bitcoin Hasilkan Limbah Elektronik 30 Ribu Ton per Tahun

Satu kali transaksi bitcoin menghasilkan rata-rata 272 gram limbah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Bitcoin
Foto: CFR
Bitcoin

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Penambangan Bitcoin menghasilkan limbah elektronik (e-waste) setiap tahun yang sebanding dengan limbah peralatan IT. Menurut riset Alex de Vries dan Christian Stoll, penambang mata uang kripto setiap tahun menghasilkan 30.700 ton limbah elektronik.

Jika dibagi rata-rata per transaksi, jumlah jumlah itu rata-rata 272 gram per transaksi. Sebagai perbandingan, iPhone 13 memiliki berat 173g.

Baca Juga

Penambang mendapatkan uang dengan membuat Bitcoin baru. Namun, komputasi yang digunakan untuk mendapatkan Bitcoin menghabiskan banyak energi. Listrik yang dikonsumsi oleh bitcoin, saat ini lebih banyak daripada  jumlah yang dikonsumsi di Filipina.

Di sisi lain, karena komputer yang digunakan untuk menambang menjadi usang, hal itu juga menghasilkan banyak limbah elektronik. Para peneliti memperkirakan perangkat penambangan Bitcoin memiliki umur rata-rata hanya 1,29 tahun, dilansir di BBC, Selasa (31/9).

Akibatnya, jumlah limbah elektronik yang dihasilkan sebanding dengan limbah TI kecil dan peralatan telekomunikasi dari suatu negara. Kategori ini mencakup ponsel, komputer pribadi, printer, dan telepon. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Resources, Conservation & Recycling. 

Lantaran listrik adalah biaya utama bagi penambang Bitcoin, kini perusahaan penambang mencari prosesor yang lebih efisien. Bitcoin kini menggunakan  chip yang sangat khusus yang disebut Sirkuit Terpadu Khusus Aplikasi (ASIC).

"Tetapi ASIC sangat terspesialisasi, sehingga ketika usang, mereka tidak dapat digunakan kembali untuk tugas lain atau bahkan jenis algoritma penambangan mata uang kripto lainnya," tulis para peneliti.

Perlu diingat juga bahwa sebagian besar peralatan penambangan Bitcoin terdiri dari komponen seperti selubung logam dan heat-sink aluminium yang dapat didaur ulang. Secara global, lebih dari 17 persen dari semua limbah elektronik didaur ulang. Namun, jumlahnya mungkin lebih sedikit di beberapa negara di mana sebagian besar penambang berada. Dalam banyak kasus, peraturan tentang limbah elektronik juga buruk.

Di sisi lain, saat ini banyak industri berjuang dengan kekurangan chip global. Peneliti menyarankan bahwa satu solusi untuk masalah limbah elektronik adalah Bitcoin mengubah cara transaksi diverifikasi, ke sistem lain yang kurang intensif komputasi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement