Sabtu 25 Sep 2021 10:11 WIB

Wapres: Industri Halal Bukan Lagi Pelengkap

Sektor industri halal akan meningkat seiring dengan permintaan produk halal dunia.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Nidia Zuraya
Wakil Presiden Maruf Amin.
Foto: Dok KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan industri halal memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian negara. Karena itu, bukan saatnya lagi memandang sebelah mata industri halal di Indonesia

"Industri halal tidak lagi menjadi pelengkap kemajuan perekonomian suatu bangsa, namun menjadi bagian penting dalam pembangunan perekonomian negara," ujar Wapres saat menghadiri acara Bizhare Investment Conference 2021 secara daring, Sabtu (25/9).

Baca Juga

Wapres mengatakan, kondisi ini yang saat ini terjadi di Malaysia dan Uni Emirat Arab yang tengah menikmati pertumbuhan ekonomi negaranya dengan mengembangkan industri halal. Negara tersebut juga menjadi pemain utama industri halal dunia.

Wapres mengungkap, industri halal juga diproyeksikan akan terus meningkat. Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy Report 2019/20, diproyeksikan masing-masing sektor industri halal akan meningkat seiring dengan permintaan produk halal dunia.

Sektor tersebut antara lain sektor makanan dan minuman halal diprediksi akan mencapai nilai 1,97 triliun dolar AS pada tahun 2024. Sektor keuangan Islam (syariah), diprediksi meningkat sebesar 3,5 triliun dolar AS pada tahun 2024.

Kemudian, sektor travel dan pariwisata diramalkan meningkat mencapai 274 miliar dolar AS pada tahun 2024, dan sektor fesyen naik sebesar 402 miliar dolar AS pada tahun 2024. "Selain itu, sektor media dan karya seni juga diproyeksikan tumbuh mencapai 309 miliar dolar AS pada tahun 2024, dan sektor obat-obatan dan kosmetik halal masing-masing diprediksi naik sebesar 134 miliar dolar AS dan 95 miliar dolar AS pada tahun 2024," ujarnya.

Wapres mengungkap, salah satu faktor kunci pertumbuhan ekonomi Islam (halal) adalah meningkatnya populasi penduduk Muslim di dunia, pada tahun 2018 jumlah penduduk Muslim mencapai 1.8 miliar. Jumlah itu akan terus bertambah dan diprediksi pada tahun 2030 mencapai 2,2 miliar.

"Peningkatan populasi tersebut secara otomatis akan meningkatkan permintaan produk barang dan jasa halal," ujarnya.

Karena itu, ia mendorong Indonesia terus mengembangkan potensi industri halalnya. Sebab, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen halal terbesar dunia. 

Namun demikian, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Karenanya, pemerintah berfokus pada empat bidang, pengembangan industri halal, pengembangan industri keuangan syariah untuk membangun sistem keuangan yang tangguh dan modern, pengembangan dana sosial syariah dan pengembangan dan perluasan kegiatan usaha syariah.

"Indonesia berpeluang menjadi negara terbesar untuk sektor ekonomi dan keuangan syariah. Kita memiliki potensi yang besar. Dari sisi supply, kita punya sumber daya untuk pengembangan ekonomi syariah. Sementara dari sisi demand, kita adalah pasar potensial bagi ekonomi syariah baik di sektor keuangan, produk dan makanan halal, fesyen muslim, dana sosial Islam, usaha atau bisnis Syariah," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement