Rabu 29 Sep 2021 11:00 WIB

Otot Nyeri Usai Covid-19? Mungkin Anda Alami Fibromyalgia

Fibromyalgia ditandai dengan nyeri otot meluas disertai lelah dan gangguan tidur

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Fibromyalgia (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Fibromyalgia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah sembuh dari Covid-19, sebagian orang masih harus bergelut dengan gejala yang menetap dan berkepanjangan. Kondisi ini dikenal sebagai sindrom pasca Covid atau long Covid.

Pada kasus long Covid, seseorang bisa merasakan keluhan atau gejala yang berbeda. Sebagian mungkin mengalami kelelahan, sebagian lainnya bisa saja mengalami batuk yang tak berkesudahan, sesak napas, kesulitan tidur, atau brain fog.

Ada cukup banyak pasien long Covid yang juga melaporkan keluhan fibromyalgia. Fibromyalgia pada dasarnya merupakan masalah kesehatan kronis yang ditandai dengan nyeri otot yang meluas dan disertai gejala seperti lelah, gangguan tidur, gangguan terkait mood, hingga masalah daya ingat.

Sekilas, gejala fibromyalgia tampak mirip dengan gejala arthritis. Akan tetapi, fibromyalgia tidak menyebabkan inflamasi sendi atau otot. Fibromyalgia hanya mempengaruhi jaringan lunak dan tak mengenai sendi.

Menurut studi di Italia yang berbasis survei web terhadap 600 pasien, sebanyak 30,7 persen di antaranya memenuhi kategori diagnosis fibromyalgia menurut American College of Rheumatology. Para pasien ini menunjukkan gejala-gejala fibromyalgia dalam kurun waktu enam bulan setelah terkena Covid-19. Kasus fibromyalgia pada pasien long Covid ini diberi julukan FibroCovid.

"Mengingat besarnya pandemi SARS-CoV-2, merupakan hal yang masuk akal untuk memperkirakan bahwa ahli rheumatologi akan dihadapkan pada peningkatan tajam kasus entitas baru yang kami definisikan sebagai FibroCovid," ujar tim peneliti, seperti dilansir Times of India, Rabu (29/9).

Pada pasien long Covid, ada banyak faktor yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan risiko mereka untuk mengalami fibromyalgia. Sebagian faktor tersebut adalah obesitas, menjalani perawatan intensif saat terkena Covid-19, atau menerima suplementasi oksigen saat terkena Covid-19.

Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti dari munculnya kasus fibromyalgia pada pasien long Covid. Akan tetapi, ahli meyakini bahwa faktor genetik juga berperan.

Para penyintas Covid-19 dan orang-orang yang mengalami long Covid-19 perlu mewaspadai gejala-gejala fibromyalgia. Meski fibromyalgia memiliki rentang gejala yang sangat luas, ada beberapa gejala yang lebih sering muncul pada kasus fibromyalgia. Gejala-gejala tersebut antara lain nyeri otot, kesulitan atau kurang tidur, kelelahan, serta nyeri toto dan sendi.

Gejala-gejala umum tersebut biasanya disertai dengan beberapa keluhan lain. Beberapa contoh keluhan yang mungkin menyertai adalah kesulitan berkonsentrasi dan mengingat atau brain fog, kecemasan, sakit kepala, kebas di tangan dan kaki, serta sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome.

Kabar baiknya, fibromyalgia bisa diobati dan dikelola. Beberapa terapi yang dapat membantu orang-orang dengan fibromyalgia adalah olahraga rutin, meditasi, terapi fisik dan akupuntur, pijat, fokus pada pola makan yang baik dan sehat, serta menghindari gaya hidup tak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kurang gerak.

Upaya lain yang juga dianjurkan adalah memperbaiki tidur. Selain itu, jangan ragu untuk mencari dukungan kesehatan mental karena fibromyalgia juga dapat meningkatkan risiko kecemasan dan depresi. Penting juga untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum membuat keputusan terkait terapi fibromyalgia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement