Saat Sampah Cemari Sumber Air
Red: Esthi Maharani
| Foto: Dokumen.
Bahaya Plastik
Temuan sampah di sejumlah sungai di Jatim memiliki catatan tersendiri untuk masalah kesehatan. Relawan Brantas, Sofi Azilan Aini menerangkan, usia sampah plastik seperti yang ditemukan di Bendungan Sengguruh sudah cukup lama. Ada kemasan dari 1990an, awal 2000 bahkan ada sampah dari 1980an. Kemasan itu lama-kelamaan terkena panas matahari, arus sungai, bertabrakan dengan batu, terinjak dan sebagainya sehingga terfragmetasi.
"Terpecah ukurannya menjadi lebih kecil dan lebih kecil hingga berukuran lima milimeter (mikroplastik), selanjutnya jadi bahaya buat kesehatan karena ukurannya yang kecil itu," ungkap Sofi.
Keberadaan mikroplastik di Sungai Brantas akan membahayakan kesehatan masyarakat. Sebab, air tersebut bisa mengalir hingga ke hilir seperti ke Surabaya. Air-air ini nantinya akan dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat seperti minum.
Untuk diketahui, sifat mikroplastik itu pada dasarnya bisa mengikat senyawa lain di sekelilingnya. Dalam hal ini bisa mengikat racun dari deterjen di sungai, logam berat, timbal dan sebagainya. Selanjutnya, mikroplastik beserta ikatan unsur lainnya akan masuk ke dalam tubuh manusia.
Setidaknya ada tiga cara mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia. Pertama, mikroplastik bisa masuk ke paru-paru saat dihirup. Kemudian bisa melalui kulit tapi hanya saat kulit dalam keadaan terluka atau lewat rambut.
Selanjutnya, mikroplastik juga bisa masuk lewat pencernaan melalui hal-hal yang manusia konsumsi. Beberapa plastik ada yang masuk ke pencernaan lalu berakhir di feses. Namun ada juga plastik yang menetap di aliran darah sehingga bisa menyumbat pembuluh darah jika jumlahnya terus bertambah dan semakin banyak.
Karena ukurannya kecil, plastik yang masuk ke tubuh juga bisa berinterakasi dengan protein, lipid dan ion tubuh. Plastik ini akan "bermain" di tubuh sehingga bisa menganggu hormon tubuh manusia.
"Intinya jangan sampai ada mikroplastik dalam tubuh kita, masa kita bolehin tubuh kita ada racun plastiknya? Karena sejak awal plastik sudah tersusun bahan berbahaya beracun seperti BPA, Benzena, Phtalathes. Itu semua zat-zat berbahaya pengganggu hormon, juga banyak dampak kesehatan yang ditimbulkan lainnya," katanya.
Sampah adalah masalah bersama
Ketua Umum Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE), Karyanto Wibowo menyatakan, permasalahan terkait pengelolaan sampah sangat kompleks. Masalah ini merupakan tanggung jawab bersama sehingga dibutuhkan komitmen dan kolaborasi multi stakeholder untuk menyelesaikannya.
Karyanto menilai, diperlukan aksi nyata untuk menangani permasalahan sampah dan kemasan bekas pakai di Indonesia. Sebab itu, asosiasinya telah meluncurkan Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) pada 2020 lalu untuk menjawab sejumlah tantangan pada pengelolaan sampah dan optimalisasi praktik ekonomi sirkuler. “IPRO sendiri merupakan inisiatif dari enam perusahaan yang juga tergabung dalam PRAISE, yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak Indonesia, dan PT Unilever Indonesia Tbk,” katanya.
Karyanto memaparkan, bebebrapa program yang sudah dan akan dilaksanakan IPRO dalam menangani sampah plastik. Pertama, IPRO mendukung peningkatan kapasitas pengumpulan kemasan bekas pakai dan daur ulang terhadap material spesifik seperti PET, UBC, HDPE, dan lainnya. Hal ini dilakukan melalui skema pembiayaan insentif dan ini sudah mulai dilaksanakan di Bali bermitra dengan Bali PET.
Selanjutnya, IPRO juga memiliki kegiatan penyediaan dana secara kolaboratif untuk mengatur sistem koleksi dan spenyortiran yang baru. Langkah tersebut bertujuan demi memastikan adanya praktik bisnis ekonomi sirkular yang berkelanjutan. Terbaru, IPRO telah bekerja sama dengan McKinsey untuk mendorong transformasi pengelolaan limbah holistik dari TPS3R yang terpilih di Denpasar melalui Program Rethinking Recycling Academy.
Program ketiga, IPRO juga berusaha menerapkan pendidikan perubahan perilaku masyarakat, panduan kebijakan, dan inklusi sosial. Menurut Karyanto, saat ini capacity building dan inklusi sosial yang dilakukan berfokus untuk meningkatkan kapasitas bank sampah induk dan aktivasi inklusi sosial. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah Bank Sampah Unit (BSU) aktif dan nasabah aktif di masing-masing BSU.
Selain inisiatif secara kolektif lewat IPRO, para anggota PRAISE juga telah melakukan berbagai inisiatif untuk mengelola kemasan bekas pakai maupun daur ulang. PT Danone Indonesia misalnya memelopori program daur ulang pertama yang disebut "AQUA Peduli". Program ini sebagai langkah awal menuju model pengemasan yang lebih sirkular.
Saat ini, kata Karyanto, Danone-AQUA telah mengumpulkan setidaknya 13.000 ton plastik setiap tahunnya melalui enam Recycling Business Unit di berbagai lokasi di Indonesia. “Melalui kemasan galon yang dapat digunakan kembali dan didaur ulang, saat ini 70 persen dari bisnis Danone-AQUA sudah sepenuhnya sirkular,” ungkapnya.
Selain itu, Danone-AQUA sudah meluncurkan gerakan #BijakBerplastik guna memperkuat komitmen untuk Indonesia lebih bersih dan mengurangi sampah di lautan. Melalui gerakan ini, Danone-AQUA berfokus kepada aspek pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi, serta inovasi kemasan produk. Tiga aspek inti ini bertujuan untuk menggunakan 100 persen kemasan yang dapat didaur ulang.
Sementara itu, PT Indofood Sukses Makmur Tbk juga sudah mencoba meminimalkan dampak kemasan terhadap lingkungan. Salah satunya melalui program pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Upaya ini meliput inovasi desain kemasan dan menjamin keamanan pangan, edukasi kepada masyarakat melalui kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pihak.
Adapun untuk PT Unilever Indonesia Tbk, Karyanto menyebut, perusaaan tersebut sudah berkomitmen paling lambat pada 2025 secara global mampu mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru. Caranya, dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton. Kemudian berusaha mempercepat penggunaan plastik daur ulang.
Hal yang pasti, kata Karyanto, seluruh anggota PRAISE telah terus berupaya untuk membantu menciptakan percepatan ekonomi sirkuler di Indonesia. Dalam hal ini termasuk pengelolaan kemasan bekas pakai secara terintegrasi bersama para mitra. “Tentunya semua inisiatif ini akan berhasil jika semua pihak berkolaborasi dan terlibat secara aktif untuk menyelesaikan permasalahan ini,” kata dia menegaskan.