Sabtu 09 Oct 2021 06:05 WIB

Hoaks KIPI Jadi Tantangan Vaksinasi Covid-19 di Mamuju

Vaksinasi Covid-19 di Mamuju per 8 Oktober 2021 baru mencapai 27,53 persen.

Red: Ratna Puspita
Kabar bohong atau hoaks tentang Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) menjadi salah satu tantangan dalam meraih target vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Ilustrasi
Foto: Pixabay.
Kabar bohong atau hoaks tentang Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) menjadi salah satu tantangan dalam meraih target vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Kabar bohong atau hoaks tentang Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) menjadi salah satu tantangan dalam meraih target vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. KIPI yang beredar, yakni lumpuh atau meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.

"Salah satu tantangan terbesar dalam merealisasikan program vaksinasi adalah pola pikir masyarakat yang sangat terpengaruh berita bohong atas kejadian ikutan pasca imunisasi atau KIPI. Ada yang percaya bahwa setelah vaksin kita bisa lumpuh atau meninggal. Padahal itu semua tidak benar," kata Kabid Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Alamsyah Thamrin, Jumat (8/10).

Baca Juga

Ia mengungkapkan, validasi data capaian vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Mamuju per 8 Oktober 2021 baru mencapai 27,53 persen. "Capaian ini terbilang masih jauh dari target yang ditetapkan, yakni sebanyak 80 persen," tuturnya.

Sampai saat ini tidak ada KIPI yang menimbulkan kelumpuhan apalagi kematian setelah divaksinasi. "Jika satu atau dua kasus yang demikian, saya pastikan itu bukan karena vaksin, tapi lebih karena ada penyakit bawaan yang disembunyikan oleh masyarakat sendiri saat akan melakukan vaksinasi," kata Alamsyah.

Ia menyarankan agar saat dilakukan konsultasi sebelum divaksinasi, semua harus dijelaskan sebaik-baiknya kepada petugas vaksinasi agar diperoleh informasi kelayakan seseorang menerima vaksin. Ia menyampaikan pertahanan tubuh terhadap risiko terpapar Covid-19 dan dampak yang ditimbulkannya akan lebih terjamin pada warga yang telah divaksinasi, jika dibandingkan dengan yang belum menerima vaksin.

"Saya baru-baru ini berkomunikasi dengan salah seorang pakar kesehatan tentang potensi gelombang pandemi Covid-19. Pada Desember 2021, dapat saja pandemi ini kembali meningkat dengan varian baru, meskipun saat ini angka penularan COVID-19 di Mamuju telah menurun," papar Alamsyah.

"Sebaiknya semua orang harus divaksinasidemi menghindari risiko penularan yang dapat saja terjadi. Saya pastikan, vaksin itu halal, tidak berbahaya dan yang paling penting sangat baik untuk perlindungan diri kita secara pribadi maupun orang lain di sekitar kita," ujarnya.

Sekretaris Kecamatan Sampaga Muhammad Yusuf, juga mengakui hoaks sangat mempengaruhi masyarakat untuk divaksinasi. "Bahkan lebih ironis karena pengaruh negatif tersebut tidak jarang dari sejumlah tokoh masyarakat sendiri," kata Muhammad Yusuf.

Karena itu, pihak Kecamatan Sampaga bekerja sama dengan unsur tripika melakukan vaksinasi dengan cara jemput bola, yakni dengan mendatangi rumah-rumah penduduk. "Bahkan sejumlah warga diantar jemput menggunakan kendaraan roda empat milik pemerintah kecamatan dan polsek," tuturnya.

Hasilnya, dari kegiatan vaksinasi serentak se-Kabupaten Mamuju, Kecamatan Sampaga tercatat sebagai salah satu kecamatan dengan angka warga yang divaksinasi cukup tinggi, dengan jumlah lebih dari 300 orang. "Andai semua orang menyadari, vaksinasi ini demi kebaikan mereka sendiri, tentu mereka tidak perlu dicari dan pasti akan datang sendiri," ujar Muhammad Yusuf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement