REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) sudah memasuki hari keenam di Kota Depok, Jawa Barat. Hingga saat ini, tidak ditemukan indikasi klaster baru.
"Alhamdulillah, hingga hari keenam PTMT berlangsung tidak ada laporan kasus. Hingga saat ini nihil kasus atau tidak ada indikasi klaster baru," ujar Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono usai inspeksi mendadak atau sidak pelaksanaan PTMT di SMPN 8 Depok, Senin (11/10).
Saat sidak, Imam juga ingin memastikan penerapan protokol kesehatan (prokes) terkait sarana dan prasarana sekolah aman untuk siswa. "Penerapan prokes di sekolah di Depok sudah cukup baik sesuai aturan yang ada. Antara lain, pengaturan jadwal masuk, pengaturan jarak antara siswa saat belajar, pencegahan terjadinya kerumunan dan lain sebagainya," jelasnya.
Menurut Imam, selain penerapan prokes, terdapat juga fasilitas penunjang penerapan prokes yang tersedia. Seperti, pengatur suhu, tempat cuci tangan, dan ruang isolasi.
"Bahkan di SMPN 8 Kota Depok ada ruang isolasi yang dapat digunakan oleh siswa, jika terjadi sesuatu dalam proses belajar mengajar. Semoga dengan upaya tersebut anak bisa bersekolah dengan kondisi sehat," harapnya.
Kepala SDN Tugu 4 Cimanggis, Kota Depok, Tuti Suparyanti, mengatakan, penerapan prokes menjadi hal utama selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tentunya, sesuai dengan Peraturan Walikota dan Surat Edaran Disdik Kota Depok terkait PTMT.
"Sesuai arahan, mulai dari alur masuk ke sekolah, siswa diwajibkan memakai masker, kemudian diukur suhu tubuhnya. Selanjutnya, mencuci tangan dengan sabun, lalu masuk ke kelas dengan menjaga jarak. Arahan lainnya, satu hari hanya dapat dua jam belajar pagi mulai dari jam 07.00-09.00 WIB. Lalu jeda waktu 60 menit untuk sterilisasi disinfektan, dilanjut jam 11.00-13.00 WIB," jelasnya.
Untuk menyiasati 24 rombongan belajar (rombel), pihaknya membagi waktu masuk para siswa berdasarkan jenjang. Kelas 1,3, dan 5 pada hari Senin-Selasa. Lalu kelas 2,4,6 hari Rabu dan Kamis. Jumat tidak ada kegiatan belajar. Waktu para siswa pulang pun turut diatur sehingga tidak menimbulkan kerumunan. Misalnya, kelas 1 yang paling rentan pulang lebih dahulu, disusul kelas 3 berselang 10 menit kemudian, dan seterusnya.
"Kami juga tidak memperkenankan pedagang untuk menjajakan dagangannya di depan sekolah. Untuk itu, orang tua diminta menyiapkan bekal anak-anaknya berupa makan dan minum. Alhamdulillah sampai saat ini belum ada klaster di sekolah atau indikasi demam juga tidak ditemukan. Mudah-mudahan, PTMT ini tidak ada klaster baru," harap Tuti.