REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech masih bisa terkena Covid-19 dalam beberapa bulan setelah vaksin. Hanya saja, infeksi itu mungkin sangat ringan sehingga sepenuhnya bisa tidak terdeteksi.
Hal itu terungkap dalam dua studi yang hasilnya diterbitkan di dalam New England Journal of Medicine (NEJM) pada pekan lalu, seperti dikutip dari Insider pada Senin (11/10). Studi itu memperlihatkan suntikan vaksin mRNA Pfizer masih tetap efektif dalam mencegah rawat inap dan kematian setidaknya selama enam bulan.
Di sisi lain, perlindungan terhadap gejala Covid-19 yang lebih ringan serta tingkat antibodi dapat turun dalam menghadapi varian beta dan delta. Hasil studi ini menegaskan temuan pihak Pfizer, Moderna, serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada beberapa pekan terakhir.
Menurut mereka, efektivitas vaksin Pfizer dalam mencegah infeksi virus corona dapat turun menjadi 47 persen dari 88 persen dalam enam bulan setelah pemberian suntikan vaksin dosis kedua. Efektivitas vaksin melawan varian delta menjadi 93 persen setelah satu bulan pemberian dosis kedua.
Lalu, setelah empat bulan pemberian dosis kedua, efektivitas vaksin Pfizer melawan varian delta menurun menjadi 53 persen. Sementara terhadap varian Covid-19 lainnya, efektivitas vaksin Pfizer melawan virus corona turun menjadi 67 persen dari semula 97 persen.
Temuan baru ini membuat suntikan ketiga atau booster bisa menjadi pertimbangan. Menurut peneliti, vaksin dosis booster sekitar 6-7 bulan setelah suntikan dosis kedua kemungkinan akan meningkatkan perlindungan terhadap virus corona tipe baru (SARS-CoV-2), penyebab Covid-19.