Senin 11 Oct 2021 23:46 WIB

2 Perlindungan yang Dijanjikan Allah SWT kepada Hamba-Nya

Allah SWT menjanjikan akan menutupi aib seorang hamba

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Allah SWT menjanjikan akan menutupi aib seorang hamba. Ilustrasi ibadah berlindung dari maksiat
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Allah SWT menjanjikan akan menutupi aib seorang hamba. Ilustrasi ibadah berlindung dari maksiat

REPUBLIKA.CO.ID, – Allah SWT memberikan dua macam perlindungan kepada hamba-Nya.

Dua macam perlindungan tersebut dijelaskan Ibnu Atha’illah as-Sakandari dalam kitabnya yang terkenal, yaitu al-Hikam.

Baca Juga

Imam sufi besar yang hidup pada abad ke-13 itu mengatakan dalam mahakaryanya itu: 

الستر على قسمين. ستر المعصية، وستر فيها: فالعامة يطلبون من الله تعالى الستر فيها؛ خشية سقوط مرتبتهم عند الخلق، والخاصة يطلبون من الله الستر عنها؛ خشية سقوطهم من نظر الملك الحق.

"Tutup (perlindungan) Allah itu ada dua. Yang pertama adalah Allah menutupi (menghalangi) manusia dari perbuatan maksiat. Yang kedua, Allah menutupi aib-aib manusia yang melakukan maksiat. Manusia pada umumnya berharap Allah menutupi aib-aib maksiat mereka, karena khawatir derajat mereka jatuh di mata makhluk. Sedangkan orang-orang khusus (khas) berharap Allah menutupi (menjauhkan) mereka dari perbuatan maksiat karena khawatir kedudukan mereka jatuh di mata Allah."

Dalam buku terjemahan “Al-Hikam: Kitab Tasawuf Sepanjang Masa”, Syekh Abdullah Asy Syarqawi menjelaskan perkataan dari Ibnu Atha’illah tentang dua macam tirai Allah tersebut.

Pertama, menurut dia, tirai yang menghalangi seorang hamba dari kemaksian, misalnya dengan tidak memberinya sebab-sebab untuk melakukan maksiat. 

Kedua, tirai penutup saat hamba melakukan maksiat, misalnya dengan menutupi aibnya di hadapan semua orang saat ia melakukan maksiat atau sesudahnya.

Lebih lanjut, Syekh Abdullah mengatakan, manusia awam yang tidak memiliki keimanan selalu didominasi oleh pandangan mereka terhadap makhluk. 

Mereka selalu berharap dari makhluk berbagai manfaat dan keselamatan dari bahaya, sehingga mereka bersikap riya’ dan berpura-pura di hadapan semua makhluk.

Menurut Syekh Abdullah, mereka selalu tamak dan sombong di hadapan manusia. Mereka juga tidak suka jika manusia mengetahui hal-hal buruk yang ada pada diri mereka yang dapat menjatuhkan kedudukan mereka.

Oleh sebab itu, menurut dia, manusia cenderung meminta agar Allah menutupi aib mereka saat melakukan maksiat atau bahkan saat menyukainya. Hal itu dikarenakan mereka takur martabatnya jatuh di mata makhluk.

Jika makhluk mengetahui kondisi mereka, tentu mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka harapkan, yaitu manfaat dan keselamatan dari bahaya. Mereka itu lah orang-orang yang bersandar kepada selain Allah SWT.

Menurut Syekh Abdullah, mereka adalah ahli syirik tersamar yang dapat mengeluarkan pemiliknya dari hakikat keimanan. Tentang mereka, Allah SWT berfirman dalam penggalan surat An Nisa ayat 108: 

يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka,” (QS  An Nisa’ ayat 108). 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement