Kamis 14 Oct 2021 05:45 WIB

Mualaf Denny, Gemetar dan Pingsan Mendengar Suara Adzan

Mualaf Denny mempunyai pengalaman tersendiri dengan adzan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Denny (kanan) mempunyai pengalaman tersendiri dengan adzan.
Foto: Dok Istimewa
Mualaf Denny (kanan) mempunyai pengalaman tersendiri dengan adzan.

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap habis Ramadhan, hamba rindu lagi Ramadhan; saat-saat padat beribadat, tak terhingga nilai mahalnya. Demikian petikan syair salah satu lagu kasidah Bimbo yang diciptakan sastrawan senior, Taufiq Ismail.

Bagi kaum Muslimin, bulan kesembilan menurut penanggalan Hijriyah itu memang sarat keutamaan. Hal itu pun dirasakan Denny Sanusi, Pelaksana Tugas Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

Baca Juga

Bahkan, baginya, kesan Ramadhan lebih personal lagi. Sebab, lelaki yang kerap disapa Denny Zhang itu pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat tatkala malam Ramadhan.Persisnya, ketika momen bulan suci, dirasakannya, bertepatan dengan Lailatul Qadar.

Kepada Republika, tokoh berusia 60 tahun itu menuturkan kisah hidupnya sejak pertama kali mengenal Islam hingga akhirnya memeluk agama tauhid ini. Ia lahir dan tumbuh besar di keluarga yang menjalankan tradisi kebudayaan leluhur. Pria berdarah Tionghoa ini mengaku, tidak begitu tertarik pada Islam tatkala dirinya masih anak-anak hingga remaja.

Bagaimanapun, ada sebuah kebiasaan yang dilakukannya pada saat itu belakangan diketahui nya cukup islami. Dalam arti, hobinya itu ternyata selaras dengan ajaran Islam. Sejak kecil, Denny tidak suka mengonsumsi daging babi. Padahal, di tengah tradisi budayanya sajian tersebut cukup mudah dijumpai.

"Pernah satu ketika saya dibohongi, kalau makanan yang sedang disajikan itu adalah sup sapi. Eh, ternyata sup babi! Setelah tahu itu, saya memuntahkannya. Sejak itu, keluarga saya tidak pernah lagi memberikan saya makanan yang mengandung daging babi,” tuturnya beberapa waktu lalu.

Sayangnya, Denny kecil tumbuh bersama orang-orang terdekat yang menyimpan sedikit kecurigaan terhadap Islam. Kaum Muslimin kerap diidentikkan mereka sebagai orang terbelakang. Dalam penilaian simplistiknya, mayoritas orang Islam di Indonesia berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah dan bahkan papa. Imej penganut agama ini terkesan sangat buruk.

Hingga menapaki usia 20 tahun, Denny masih acuh tak acuh terhadap Islam. Malahan, sebenarnya ia tidak begitu mempedulikan kehidupan religius. Sehari-hari, rutinitas dilaluinya tanpa merasa perlu melakukan ritual atau ibadah.Ia bercerita, hingga usianya belasan tahun yang diikutinya adalah budaya religi leluhur.Barulah setelah bersekolah di sebuah SMA keagamaan, dirinya pindah ke agama tertentu.Sebelum lulus dari sana, ia sudah dibaptis.

Saat menjadi mahasiswa, Denny mulai merasa perlu untuk menemukan kedamaian batin.Sebab, hidupnya mulai diwarnai kegelisahan. Biasanya, orang akan beralih pada agama untuk menemukan kedamaian. Namun, Denny saat itu entah mengapa merasa sangat malas. Baginya, ritual apa pun tidak membawa ketenteraman hati. 

Baca juga : Masjid Diserang, 10 Orang Sedang Sholat Ashar Meninggal

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement