REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin Hizbullah menuduh partai Lebanese Forces menembak pendukung Hizbullah yang berunjuk rasa Kamis (14/10) lalu. Insiden penembakan yang terjadi saat Hizbullah memprotes penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut itu sehingga mengakibatkan bentrokan menewaskan tujuh orang.
Dalam pidato yang disiarkan televisi Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan partai Kristen dan pemimpinnya Samir Geagea mencoba memulai konflik di Lebanon.
"Program sesungguhnya Lebanese Forces adalah perang sipil, bagi mereka tidak masalah menyebabkan peristiwa yang mengarah pada pertumpahan darah, bahkan bila mengarah pada konfrontasi perang sipil militer skala besar," kata Nasrallah dikutip Aljazirah, Rabu (19/10).
Nasrallah mengatakan organisasi sayap Hizbullah memiliki 100 ribu prajurit bersenjata, terlatih dan berpengalaman.
Penembak tak dikenal melepaskan tembakan ke ratusan pendukung Hizbullah dan Amal saat mereka sedang berunjuk rasa did epan Gedung Kehakiman Beirut. Insiden ini menyebabkan bentrokan berjam-jamnya yang menewaskan tujuh orang kombatan dan sipil serta melukai 30 orang.
Ketua Lebanese Forces Samir Geagea berulangkali membantah tuduhan Hizbullah sebagai dalang penembakan tersebut. Geagea diketahui sebagai musuh lama kelompok yang didukung Iran tersebut.
Sementara itu, Nasrallah membantah mempersenjatai orang Hizbullah dan Amal dalam unjuk rasa pekan lalu sebelum bentrokan pecah. "Kami tidak membawa senjata atau mengambil tindakan keamanan apa pun dan membiarkan badan keamanan mengatasinya karena itu daerah sensitif," katanya.
Pengunjuk rasa menuntut Hakim Tarik Bitar diberhentikan dari penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut. Hizbullah menuduhnya bias dan langkahnya bermotif politik.
Sejauh ini Angkatan Bersenjata Lebanon menangkap 20 orang yang terlibat dalam bentrokan. Mereka juga sudah menerima video yang memperlihatkan seorang tentara menembak dan membunuh pengunjuk rasa tak bersenjata.
Ledakan amonium nitrat di pelabuhan Beirut tahun lalu menewaskan 200 orang dan melukai 6.500 lainnya. Ledakan tersebut juga menghancurkan beberapa pemukiman di Ibukota Lebanon. Tidak ada pejabat yang sudah didakwa.
Hakim Bitar bertanggung jawab untuk meminta pertanggung jawaban pejabat politik dan keamanan. Ia mendakwa mantan perdana menteri Hasan Diab dan beberapa mantan menteri Ali Hasan Khalil, Ghazi Zeiter, Nouhad Machnouk, dan Youssef Finianos atas kelalaian.
Nasrallah bersikeras Bitar harusnya fokus pada pejabat pengadilan yang mengizinkan kapal yang membawa amonium nitrat menurunkan bahan kimia tersebut di pelabuhan. Ia kembali menuduhnya tidak imparsial.