REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Berkat dukungan dari donatur Dompet Dhuafa dan berbagai pihak Alhamdulillah telah terlaksana Festival Tuna Netra Mengaji (FTM) di Surabaya pada Ahad, (24/10). Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 200 tunanetra dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, dan melibatkan sekitar 70 relawan pendamping.
Acara ini diadakan karena masih banyak tunanetra yang belum bisa membaca Alquran Braille. Berdasarkan data dari Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI), jumlah tunanetra yang belum bisa membaca Alquran Braille masih sangat tinggi yakni sekitar 95%. Selama ini mereka lebih mengandalkan media audio untuk bisa menikmati Alquran , sehingga budaya membaca Alquran braille menjadi turun drastis.
Dompet Dhuafa bersama Kawan Netra yang didukung oleh banyak pihak hadir untuk mendampingi tunanetra yang tergabung dalam Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) kota Surabaya dalam pemberantasan buta huruf Quran braille, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Festival Tunanetra Mengaji, yakni sebuah acara syiar yang terdiri dari serangkaian acara lomba Alquran dan pentas mengaji bagi tuna netra yang telah berjuang melawan keterbatasannya dalam belajar membaca Alquran Braille.
"Dengan diadakannya festival ini, semoga semakin banyak tunanetra yang mau belajar dan mengajarkan Alquran Braille sehingga harapan kita semua Tunanetra bebas buta huruf hijaiyah braille terwujud, di awali dari Surabaya, lalu diikuti di semua kota dan wilayah di Indonesia." Kata Kholid Abdillah, Pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Timur.
Para tunanetra yang hadir di acara ini sangat senang dan antusias. Kekurangan tak menghalangi semangat mereka. Para pendamping tak lelahnya menuntun dan mendampingi para tunanetra dari mulai penjemputan, saat di lokasi hingga kepulangan.
Ibu Kiki, salah satu tunanetra yang hadir di acara ini menuturkan, "Senang sekali ada acara ini. Kami bisa saling bertemu, menyemangati dan mendapatkan energi baru. Semoga acara ini digelar lagi di tahun depan dengan lebih meriah dan serentak di seluruh Indonesia."
Sementara itu, Gusti, ketua Kawannetra mengatakan, "Tunanetra bukanlah objek, mereka adalah subjek. Tugas kita adalah mendampingi mereka berjajar beriringan."