Senin 25 Oct 2021 10:39 WIB

Khofifah Dorong Lulusan SMK Berwirausaha Berbasis Digital

Peluang bisnis di era Society 5.0 sangat terbuka lebar.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat membuka Pameran Expo dan Expose ICT SMK Jatim Tahun 2021 di SMK Negeri 1 Singosari Malang.
Foto: Dokumen
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat membuka Pameran Expo dan Expose ICT SMK Jatim Tahun 2021 di SMK Negeri 1 Singosari Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mendorong lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk berwirausaha dengan keterampilan digital menghadapi era Society 5.0, selain bekerja di industri atau melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi.

Era Society 5.0 sendiri bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik, sehingga semua hal menjadi mudah dengan menggunakan artificial intelligence dalam penerapannya. Di era ini, pekerjaan dan aktivitas manusia akan difokuskan pada human-centered yang berbasis pada teknologi. Dengan demikian, kata Khofifah, prospek kerja pun menjadi semakin luas.

Menurut Khofifah, peluang bisnis di era Society 5.0 sangat terbuka lebar dan hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh para lulusan SMK untuk meraih cuan. Maka dari itu, kata Khofifah, siswa SMK perlu dibekali literasi digital yang baik agar bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak.

“Kalau dulu tidak ada pekerjaan sebagai content creator, game developer, atau digital marketing. Tapi di era ini, justru pekerjaan-pekerjaan berbasis ide kreatif tersebut sangat menjanjikan. Contohnya, Bayu Skak yang notabene adalah  lulusan SMKN - 4  Malang - Jawa Timur salah satu Youtuber dengan penghasilan tinggi,” ungkap Khofifah saat membuka Pameran Expo dan Expose ICT SMK Jatim Tahun 2021 di SMK Negeri 1 Singosari Malang, Sabtu (23/10).

“Saya berharap besar, siswa SMK Jawa Timur bisa menjadi pioner-pioner wirausahawan muda di era Society 5.0. Banyak peluang usaha baru yang menjanjikan dengan modal teknologi. Intinya, ayo manfaatkan setiap sudut ruang digital untuk meraih cuan secara halal,” tambah Khofifah.

Kabar baiknya, lanjut Khofifah, pemanfaatan teknologi semakin meningkat selama pandemi Covid-19. Itu artinya, semakin banyak masyarakat yang fasih dalam memanfaatkan teknologi. Salah satu perubahan yang sangat terlihat adalah semakin banyaknya jumlah masyarakat yang belanja secara online.

“Situasi ini harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dengan berupaya menangkap peluang-peluang bisnis apa saja yang bisa dilakoni. Jadi meskipun hanya modal “rebahan” tapi bisa dapat keuntungan seperti mereka yang bekerja kantoran,” ujarnya.

Khofifah menyebut siswa SMK perlu dipersiapkan untuk menghadapi era Society 5.0 dengan mengakselerasi literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. Penguasaan TIK, kata dia, atau secara internasional dikenal dengan istilah ICT itu dinilai sangat penting diterapkan di dunia pendidikan.

Dalam konteks ini, ICT meliputi segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi komputer. Tujuannya, tidak lain untuk mengolah informasi, sarana alat bantu pembelajaran serta sumber informasi bagi guru dan siswa.

Apalagi, sebut Khofifah, dalam satu setengah tahun kemarin, pelajar SMK lebih banyak melakukan pembelajaran secara virtual akibat pandemi Covid-19, maka kini, melalui expo ICT, pelajar SMK Jatim telah melakukan banyak inovasi dari ilmu yang sudah didapatkan baik secara teori maupun praktik.

"Kita bisa menyaksikan antara smart garden dan smart home. Teknologi yang pernah saya lihat di beberapa negara untuk memberikan inovasi dan kemudahan akses. Sekarang kita menyaksikan hal itu diinisiasi pelajar SMK Jatim," ujarnya.

Melalui pameran expo berbasis teknologi yang sudah ditampilkan pelajar SMK Jatim, Gubernur Khofifah berharap, momentum ini segera bisa dikoneksikan dengan dunia usaha, industri dan kerja (dudika). Caranya, terus mengupdate teknologi sehingga produk mereka dapat diproduksi secara masal.

Sementara itu, Khofifah juga  merekomendasikan perspektif bekerja dan tingkat pengangguran terbuka. Data yang menyebut bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia termasuk Jawa Timur akibat pemaknaan atau definisi TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka).

Menurut Khofifah, ke depan rumusan TPT  perlu dicermati ulang karena kenyataanya lulusan SMK tersebut tidak menganggur namun lebih memilih bekerja secara profesional - personal dan mendapat income.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah  Pemerintah Provinsi Jatim bersama bidang pendidikan khususnya dudika. Mengingat, lulusan SMK dipersiapkan untuk mengisi lapangan kerja namun karena definisi TPT mengasumsikan bekerja dalam sebuah institusi maka data evaluasi TPT mendominasi angka pengangguran.

“Status lulusan SMK yang memilih bekerja secara profesional - personal belum bisa dimasukkan kategori bekerja. Inilah yang kemudian menjadi penyebab mengapa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), lulusan SMK disebut tertinggi. Cukup banyak pelajar SMK lebih memilih sebagai pekerja profesional- personal  ketimbang kerja di institusi atau industri," ujarnya.

Terkait hal ini  Gubernur Khofifah sudah berkomunikasi dengan BPS supaya ada proses kelanjutan di Kemendikbud, utamanya Dirjen Vokasi dan Direktur SMK. "Kita cocokkan definisi TPT untuk mencari format BPS agar bisa mengakomodir bahwasanya alumni SMK yang memilih kerja profesional - personal dan mendapatkan income sehingga tidak masuk kategori TPT," tandasnya.

Adapun setelah membuka pameran Expo ICT, Gubernur Khofifah berkesempatan meninjau beberapa stand karya pelajar SMK didampingi Bupati Malang Sanusi, Direktur SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek Wardani Sugiarto, Plt Direktur Kemitraan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbud Ristek Sariyaji, Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Wahid Wahyudi, Ketua Dewan Pendidikan Jatim Ahmad Muzaki, serta kepala OPD Pemprov Jatim terkait.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement