REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan progres pembangunan Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis, Jawa Barat mencapai 82 persen.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan bendungan bertujuan untuk peningkatan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga, penyediaan air baku dan pengendalian banjir.
"Sungai Citanduy belum memiliki bendungan. Apabila bendungannya sudah rampung, maka kontinuitas suplai air ke sawah terjaga. Selama ini lahan pertanian kerap mengalami banjir saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau," kata Menteri Basuki.
Konstruksi Bendungan Leuwikeris mulai dibangun sejak 2016 dan ditargetkan mulai pengisian air awal (impounding) pada 2023. Saat ini progres bangunan fisik bendungan sudah mencapai 82 persen dengan biaya pembangunan sekitar Rp 2,8 triliun.
Kementerian PUPR terus melanjutkan pembangunan bendungan di sejumlah daerah untuk mewujudkan ketahanan air dan ketahanan pangan nasional. Salah satu bendungan yang tengah diselesaikan adalah Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis Provinsi Jawa Barat.
Bendungan Leuwikeris merupakan salah satu Program Strategis Nasional Bidang Sumber Daya Air yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020.
Bendungan ini mampu menampung air 45,35 juta meter kubik untuk mensuplai irigasi di Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Cilacap. Diharapkan suplai air irigasi dari Bendungan Leuwikeris dapat membantu petani meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali dalam setahun.
Pembangunan Bendungan Leuwikeris setidaknya memberikan 5 manfaat bagi masyarakat di kabupaten/kota sekitar yakni suplai air irigasi untuk Daerah Irigasi (DI) Lakbok Utara di Ciamis seluas 6.600 hektare dan DI Manganti di Cilacap seluas 4.616 hektare, sehingga dapat mendorong peningkatan indeks pertanian (IP).
Manfaat lainnya untuk menyediakan air baku sebesar 845 liter/detik untuk Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.Selanjutnya, mereduksi banjir sebesar 11,7 persen dari 509 meter kubik/detik menjadi 450 meter kubik/detik, potensi menjadi sumber daya listrik untuk PLTA sebesar 20 megawatt (MW) serta destinasi pariwisata, kawasan konservasi air tanah, dan perikanan.