Sabtu 30 Oct 2021 03:44 WIB

ASEAN: Myanmar Adalah Keluarga

ASEAN sepakat melarang Myanmar hadir karena kegagalan menerapkan rekonsiliasi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
KTT ASEAN
Foto: Brunei ASEAN Summit via AP
KTT ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Brunei Darussalam sebagai ketua ASEAN tahun ini mengatakan, Myanmar adalah bagian dari keluarga ASEAN. Hal tersebut dikatakan oleh Sultan Brunei Hassanal Bolkiah setelah KTT ASEAN dilangsungkan tanpa kehadiran perwakilan Myanmar.

Sultan Brunei Hassanal Bolkiah menekankan keanggotaan berkelanjutan negara yang tengah mengalami pergolakan politik itu. "Myanmar adalah bagian integral dari keluarga ASEAN dan keanggotaan mereka tidak dipertanyakan," kata Sultan Brunei Hassanal Bolkiah seperti dikutip laman Aljazirah, Jumat (29/10). 

"ASEAN akan selalu ada untuk Myanmar dan kami terus menawarkan bantuan melalui implementasi konsensus lima poin," ujarnya menambahkan.

Konsensus Lima Poin untuk Myanmar yang dibuat ASEAN mencakup komitmen untuk dimulainya dialog dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan hingga upaya mediasi oleh utusan khusus ASEAN. Sementara itu Bolkiah juga mengatakan, bahwa kelompok terorganisir beranggotakan 10 negara itu berharap para jenderal akan bekerja dengan utusannya untuk meredakan krisis politik. 

"Myanmar akan kembali normal, sesuai dengan kehendaknya dari rakyatnya," katanya.

Berbicara pada konferensi pers terpisah, Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah menekankan ketidakhadiran Myanmar di KTT ASEAN adalah pilihan Myanmar. Hingga kini masih belum jelas apakah negara itu akan bergabung dalam pertemuan di masa depan.

"Itu pertanyaan satu juta dolar yang tidak bisa saya jawab," kata Saifuddin. 

Sebelum KTT dimulai, ASEAN sepakat melarang jenderal Myanmar Min Aung Hlaing hadir karena kegagalannya menerapkan rencana rekonsiliasi yang disepakati pada pertemuan sebelumnya pada April. ASEAN hanya mengizinkan utusan non politik menghadiri KTT, namun Myanmar tidak mengirimkan perwakilannya.

Militer merebut kekuasaan Myanmar pada Februari dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi hingga memicu protes massa dan kekacauan ekonomi. Lebih dari 1.200 orang telah tewas dalam tindakan keras terhadap gerakan anti-kudeta.

Kerusuhan juga telah meningkat di daerah perbatasan yang bergolak lama meskipun janji Min Aung Hlaing untuk mengakhiri kekerasan sebagai bagian dari konsensus lima poin yang dia setujui ASEAN. KTT ASEAN pekan ini adalah yang terakhir dengan Brunei sebagai ketua.

Kamboja kini mengambil alih menjadi presiden organisasi tersebut. Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn mengatakan bahwa Kamboja akan mempertahankan tekanan pada Myanmar. Dia memperingatkan negara itu berada di ambang perang saudara.

ASEAN menunjuk Menteri Luar Negeri Kedua Brunei Erywan Yusof sebagai utusan khusus Myanmar pada Agustus setelah berbulan-bulan perselisihan. Dia belum mengunjungi negara itu karena militer telah menolak untuk mengizinkannya bertemu dengan Aung San Suu Kyi, yang diadili atas sejumlah tuduhan yang bisa membuatnya dipenjara selama beberapa dekade.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement