REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pejabat kesehatan PBB dan Afrika memperingatkan negara-negara pendapatan rendah dan menengah kekurangan dua miliar jarum suntik. Pasokan dosis vaksin dan vaksinasi Covid-19 juga dapat terdampak.
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan kekurangan ini berdampak pada 2,2 miliar jarum suntik sekali pakai yang tidak bisa digunakan lagi. "Kami tidak mengantisipasi kekurangan signifikan pasokan jarum suntik standar yang digunakan negara pendapatan tinggi," kata UNICEF Jumat (2/10).
Dalam pernyataannya, lembaga itu mengatakan kekurangan ini disebabkan 'tingginya permintaan', gangguan pada rantai pasokan, larangan mengekspor jarum suntik, dan pasokan vaksin yang tidak dapat diprediksi. Kekurangan ini terjadi saat aliran vaksin Covid-19 ke Afrika bertambah setelah tertunda selama berbulan-bulan.
Afrika merupakan kawasan dengan angka vaksinasi terendah, kurang dari enam persen dari 1,3 miliar populasinya sudah divaksin lengkap. Hanya lima dari 54 negara Afrika yang mencapai target 40 persen populasi pada akhir tahun ini.
"Kelangkaan jarum suntik dapat melumpuhkan progres," kata direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kawasan Afrika, Matshidiso Moeti, Kamis (28/10).
Pasokan jarum suntik ke sejumlah negara seperti Afrika Selatan, Kenya, dan Rwanda sudah tertunda. Sibusiso Hlatjwako dari organisasi kesehatan PATH mengatakan vaksinasi rutin 'akan terdampak' pada kelangkaan jarum suntik ini.
Ia memprediksi masalah ini akan terus berlangsung hingga 2022. PATH melihat data dari pabrik dan mengatakan masalah ini akan memengaruhi jarum suntik sekali pakai yang digunakan 100 negara lebih. Ia menambahkan simulasi memperlihatkan 'kesenjangan cukup besar'.