REPUBLIKA.CO.ID, ROMA--Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan penanganan perjanjian keamanan dengan Australia dan Inggris oleh pemerintahnya telah menimbulkan rasa canggung. Kondisi itu berusaha dia perbaiki selama pertemuan pertamanya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron sejak krisis diplomatik bulan lalu.
"Saya pikir apa yang terjadi adalah, menggunakan frasa bahasa Inggris, apa yang kami lakukan canggung. Itu tidak dilakukan dengan banyak kenyamanan," kata Biden.
"Saya mendapat kesan bahwa hal-hal tertentu telah terjadi padahal belum terjadi. Namun saya ingin memperjelas, Prancis adalah mitra yang sangat, sangat dihargai dan kekuatan dalam dirinya sendiri," ujar Biden.
Biden juga mencatat AS tidak memiliki sekutu yang lebih tua dan lebih setia daripada Prancis. Dia mengatakan tidak ada tempat dengan kedua negara tidak dapat bekerja sama. "Saya mendapat kesan bahwa Prancis telah diberitahu jauh sebelumnya bahwa kesepakatan itu tidak akan tercapai. Demi Tuhan, saya tidak tahu bahwa Anda belum melakukannya," kata Biden kepada Macron.
Macron mengatakan pertemuannya dengan Biden utama dan penting untuk melihat ke masa depan. Kedua pemimpin berbagi kata-kata hangat dan bahasa tubuh yang ramah.
Mereka berjabat tangan beberapa kali saat wartawan menyaksikan awal pertemuan. Namun, Macron mengatakan bahwa kepercayaan Prancis perlu diperoleh kembali dengan perbuatan, bukan kata-kata."Yang benar-benar penting sekarang adalah apa yang akan kita lakukan bersama dalam beberapa minggu mendatang, bulan-bulan mendatang, tahun-tahun mendatang," kata Macron
Hubungan yang renggang antara dua negara karena aliansi keamanan AS-Australia- Inggris yang dikenal sebagai AUKUS. Ini termasuk perjanjian penjualan kapal selam dengan Australia yang secara efektif membatalkan kesepakatan kapal selam Australia-Prancis 2016.
Keputusan Washington untuk bernegosiasi secara diam-diam mengundang kemarahan Paris. Prancis menarik sementara duta besarnya dari AS, membatalkan gala di Washington, dan menuduh Biden bertindak seperti mantan Presiden Donald Trump.
Macron mengatakan kepada wartawan sesudah pertemuan itu, bahwa pertemuan dengan Biden sangat membantu. Dia melihat sikap AS yang kuat dalam komitmen pertahanan Eropa. Hanya saja upaya berikutnya adalah hal penting. "Kepercayaan itu seperti cinta. Pernyataan itu bagus, tetapi bukti lebih baik," kata Macron.
Pejabat senior AS mengatakan setelah pertemuan bahwa kedua belah pihak bergerak maju dalam hubungan mereka. Bahkan Biden dan Macron berdiskusi tentang kebangkitan Cina dan pertanyaan yang diajukan untuk demokrasi dan ekonomi pasar. Mereka juga membahas Iran, rantai pasokan, tarif dan perdagangan baja serta aluminium.
Kedua negara mengeluarkan pernyataan bersama yang panjang setelah pertemuan. Dalam kata-kata itu mereka menggambarkan sebagai mitra demokrasi global dalam perang melawan berbagai tantangan, termasuk pandemi virus korona, krisis iklim, dan memastikan keamanan tak terpisahkan dari aliansi NATO.
Washington telah mengambil beberapa langkah untuk memperbaiki hubungan dengan Paris sejak keretakan bulan lalu. Biden dan Macron berbicara satu sama lain minggu lalu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengunjungi Paris. Dia mengakui bahwa AS dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Wakil Presiden Kamala Harris juga mengumumkan bahwa akan melakukan perjalanan ke Paris pada November dan bertemu dengan Macron.
Biden dan Macron juga bertemu di Villa Bonaparte, kedutaan besar Prancis untuk Vatikan, yang menurut seorang diplomat Prancis merupakan tanda niat baik yang signifikan dari Biden. "Ini adalah isyarat penting," kata diplomat Prancis itu, seraya menambahkan bahwa AS mengakui bahwa mereka telah meremehkan dampak dari tindakannya.