Oleh : Nasihin Masha
REPUBLIKA.CO.ID, Sambil membantu mengencangkan baju khusus untuk memasuki pertambangan bawah tanah potasium di Soligorsk, Belarusia, Sergei berucap, “Kalian orang-orang yang pemberani.” Kalimat itu tentu menyentak. Apa yang perlu ditakutkan? “Dia belum tahu orang Indonesia adalah orang-orang yang nekad,” kata Rachmat Gobel. Sugeng Suparwoto menimpali, “Tanpa modal nekad, Indonesia bisa tidak merdeka. Para pejuang kita hanya bermodalkan bambu runcing.” Siligorsk sekitar 2,5 jam perjalanan dengan bus dari Minsk, ibukota Belarusia.
Sabtu, 23 Oktober 2021, Gobel memimpin delegasi parlemen Indonesia, memasuki pertambangan bawah tanah di kedalaman 575 m. Gobel (wakil ketua DPR RI), didampingi Sugeng (ketua Komisi VII DPR RI), Heri Gunawan (anggota Komisi XI DPR RI), dan Ratih Megasari Singkarru (anggota Komisi X DPR RI). Selain itu ikut pula Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam, Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Rahmat Pribadi, dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, Jose Tavares. Ada 17 orang yang ikut turun ke bawah tanah. Selain menggunakan baju dan celana tebal yang tahan gores, juga mengenakan sepatu kulit tebal, helm proyek, lampu kepala, dan tabung oksigen untuk cadangan. Satu orang staf lokal KBRI Moskow tak bisa melanjutkan karena mengalami pusing-pusing.
Sebelum memasuki lift ke bawah tanah, rombongan memasuki ruangan berpintu baja dengan tekanan ruangan yang mulai disesuaikan dengan kondisi di bawah tanah. Lift memiliki kecepatan 9 m per detik. Pertambangan ini sebetulnya hingga mencapai kedalaman 1.000 m di bawah tanah, namun rombongan hanya dibawa ke kedalaman 575 m. Setelah sampai di lantai yang dituju, rombongan harus menaiki mobil semacam mobil hammer hingga sejauh 7 km. Lorong gelap yang berukuran pas satu mobil itu dalam jarak tertentu diberi penerangan listrik. Ada banyak belokan dan cabang lorong. Dinding lorong terlihat lapisan tanah warna merah daging. Batuan keras. Ada kemerlip mirip kilauan batu granit. Hingga kemudian mobil berhenti. Di ujung lorong ada lorong melintang, pertigaan berbentuk T. Gobel harus naik tangga menuju lorong itu. Terbentang rel. Di salah satu ujungnya teronggok sebuah mesin di atas rel dengan satu sisi depannya terdapat silinder besar bergerigi. Rupanya itulah mesin penggerus batuan potasium.
Rupanya batuan keras berwarna merah daging dengan kemerlip mirip batu granit itu merupakan batuan potasium. Pemandu yang menjadi translater, mereka tak bisa berbahasa Inggris, menerangkan bahwa batuan itu mengandung garam. Gobel dibolehkan menjilat. Kami semua mencobanya. Asin. Rupanya salah satu faktor berkilaunya batuan itu karena mengandung garam. Lalu petugas dari Belaruskali, perusahaan pengelola pertambangan potasium tersebut, mendemonstrasikan pengeboran pertambangan. Batuan keras itu seolah renyah saja. Rontok.
Bagi Belarusia, Indonesia adalah pengimpor potasium terbesar keempat. Impor itu dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim. Potasium adalah salah satu bahan untuk membuat pupuk, yaitu Kalium (K) – sering dunakan menjadi pupuk majemuk NPK (Nitrogen, Posfat, Kalium). Setiap tahun Indonesia mengimpor 698 ribu ton potassium dari Belarusia. Indonesia tak memiliki tambang potasium sehingga harus melakukan impor sepenuhnya. Adapun negara-negara penghasil potasium terbesar di dunia adalah Kanada, Rusia, dan Belarusia. Setiap tahun Indonesia mengimpor potasium hingga lebih dari dua juta ton, termasuk potasium berjenis untuk pengeboran minyak. Sebagai negara agraris – pertanian dan perkebunan – Indonesia membutuhkan banyak pasokan potasium. “Kita perlu jaminan pasokan potasium dan juga jaminan harga yang stabil dan kompetitif. Inilah makna kunjungan saya ke Belarusia. Berbisnis yang baik itu harus dimulai dengan persahabatan yang baik,” kata Gobel.
Gobel memang memiliki perhatian yang besar terhadap sektor pertanian. Pertama, Indonesia adalah negara agraris sehingga pertanian harus menjadi prioritas. Kedua, pertanian menyerap tenaga kerja yang sangat besar sehingga harus dijaga stabilitas dan konsistensinya. Ketiga, pertanian adalah menyangkut harga diri, martabat, dan kedaulatan suatu bangsa. Karena pangan adalah faktor fundamental nasib suatu bangsa. Jika pertanian runtuh maka harga diri, martabat, dan kedaulatan bangsa akan tergadaikan dan Indonesia harus mengemis kepada bangsa lain untuk kebutuhan makannya. Keempat, pertanian di Indonesia termasuk ke dalam sektor UMKM yang merupakan fondasi ekonomi nasional. Berkali-kali Indonesia dihantam krisis namun sektor UMKM selalu menjadi penyelamatnya. Bahkan di saat terkena pandemi Covid19, ketika sektor UMKM lain ikut terkena krisis, namun pertanian justru tetap kokoh berdiri menyuplai kebutuhan pangan nasional. “Jadi kita, khususnya saya, sangat peduli terhadap masalah pertanian ini. Banyak seginya yang harus kita bela dan kita muliakan,” kata Gobel.
Gobel bukan hanya berkunjung ke Belarusia untuk membuktikan kepeduliannya pada masalah pertanian. Ia juga membentuk beberapa koperasi petani. Selain itu, ia juga melakukan uji coba pertanian dengan pupuk nonsubsidi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani. Hal itu ia lakukan di Gorontalo, Jember, dan Sumba. Ia juga, melalui dana aspirasi selaku anggota dan pimpinan DPR RI, telah menyalurkan ratusan traktor untuk petani. Selain itu juga telah menyalurkan bibit, pupuk, pengering gabah, maupun penggilingan padi.
Selain itu, Gobel juga mengingatkan bahwa Indonesia harus bisa belajar dari Belarusia dalam masalah pangan dan pertanian ini. “Mereka bisa berdaulat di bidang pangan dan pertanian. Tentu ada yang bisa kita pelajari dari sistem mereka,” katanya. Produk pertanian pangan mereka memiliki produktivitas 2,5 kali lipat dari kebutuhan nasional. Produktivitas daging mereka juga memiliki produktivitas 1,3 kali lipat dari kebutuhan nasional. Kelebihan produksi pertanian dan dagingnya untuk diekspor ke negara-negara lain, khsususnya Eropa. Kualitas keju dan susu Belarusia juga dikenal bagus dan lezat. Indonesia adalah salah satu importer susu dari Belarusia. Dalam indeks pertanian global, Belarusia menduduki peringkat ke-23 dari 120 negara. Mereka menghasilkan 8,5 miliar dollar AS dari ekspor pertaniannya.
Hal strategis lain dari kunjungan Gobel ke Belarusia adalah untuk mengunjungi pabrik traktor dan dump truck di Minsk, ibukota Belarusia. Gobel mengunjungi pabrik traktor Belarus Tractor dan pabrik dump truck Belaruski Autamabilny Zavod (BelAZ) atau Belarusian Automobile Plant. Belarus Tractor telah berusia 75 tahun. Pabrik traktor ini memproduksi 27 jenis traktor. Mulai dari yang berkekuatan 9 PK (tenaga kuda) hingga yang berkekuatan 359 PK. Pabrik ini mampu memproduksi satu traktor dalam setiap lima menit. Dalam satu tahun bisa memproduksi 4 ribu traktor. Produk mereka diekspor ke 110 negara di dunia. Pendapatan mereka sekitar 5 miliar dollar AS per tahun. Sekitar 60 persen produksinya untuk diekspor. Mereka berminat untuk mencari mitra bisnis di Indonesia agar traktor mereka dapat dipasarkan ke Indonesia. Saat ini mereka sedang mengurus sertifikasinya agar bisa masuk pasar Indonesia dan juga bisa masuk ke dalam e-katalog. Mereka mengaku sedang mengikuti proses pengadaan traktor di Indonesia.
Belarusia juga merupakan produsen dump truck terbesar di dunia untuk keperluan pertambangan. Pabrik truk raksasa yang memiliki luas 120 hektare itu bernama Belaruski Autamabilny Zavod (BelAZ) atau Belarusian Automobile Plant. Pabrik ini berdiri pada 1946 dan 100 persen milik negara. BelAZ memproduksi dump truck berkapasitas mulai dari 25 ton hingga yang berkapasitas 450 ton, inilah dump truck dengan kapasitas terbesar di dunia. Produk mereka diekspor ke seluruh dunia, termasuk ke pertambangan batubara di Kalimantan ada 80 dump truck. Saat ini mereka sedang mengikuti tender untuk pengadaan 20 dump truck di Indonesia. Dalam kunjungan itu, Gobel diberi kesempatan untuk menyetir dump truck yang memiliki kapasitas 450 ton. Dump truck seukuran rumah itu bisa dengan mulus dikendarai Gobel.
Gobel mengatakan, traktor produksi Belarusia memiliki kualitas yang bagus namun harganya sangat kompetitif. Sehingga bisa masuk ke pasar Indonesia. Namun Gobel berpendapat sebaiknya perusahaan traktor Belarusia memproduksi traktornya di Indonesia. “Dengan demikian harganya bisa lebih murah lagi karena mengikuti ketentuan tentang besaran kandungan lokal. Ini juga akan menumbuhkan industri komponen di dalam negeri serta menyerap tenaga kerja di Indonesia. Jadi ini bisa menjadi kerja sama yang saling menguntungkan. Apalagi mereka berminat mencari mitra di Indonesia,” katanya.
Kepada mereka, Gobel menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara agraris dan memiliki penduduk 270 juta. “Jadi potensi pasarnya sangat besar,” katanya. Traktor produksi Belarusia mulai dari yang hand tractor hingga traktor empat roda berukuran raksasa. Menurut Gobel, Indonesia harus terus melakukan modernisasi di bidang pertanian agar lebih efisien, produktif, dan menyejahterakan petani. Pengadaan traktor yang berkualitas dan memiliki harga yang kompetitif merupakan bagian dari upaya tersebut. Saat ini di Indonesia sudah ada sejumlah traktor buatan Jepang, China, dan Korea Selatan.
Gobel mengatakan, dengan membangun pabrik traktor di Indonesia maka petani menjadi lebih yakin dan mendapat kepastian. “Yaitu jaminan terhadap ketersediaan komponen suku cadang maupun perawatan. Kan penggunanya petani,” katanya. Gobel mengingatkan kepada Belarusia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. Saat ini, Indonesia masih sangat defisit dalam berdagang dengan Belarusia. Dalam delapan bulan di tahun 2021 ini, ekspor mereka ke Indonesia naik lima kali lipat dibandingkan dengan periode tahun 2020. Nilainya mencapai 3 juta dollar AS. Gobel meminta neraca perdagangan kedua negara yang defisit untuk Indonesia agar diseimbangkan. “Misalnya dengan mengimpor karet dari Indonesia untuk bahan baku ban traktor dan dump truck,” kata Gobel. Selama ini mereka mengimpor karet dari Vietnam dan dari negara-negara Afrika Barat. Padahal kualitas karet di Indonesia lebih bagus dari produk negara-negara tersebut. Selain itu, Belarusia juga bisa mengimpor produk-produk pangan lainnya yang tak dimiliki Belarusia seperti ikan laut, rempah-rempah, kopi, dan lain-lain. Pada kesempatan itu Gobel mengenalkan minuman herbal untuk keperluan menghangatkan badan dan meningkatkan imunitas. “Jadi intinya agar kerja sama kedua negara menjadi saling menguntungkan,” katanya. Pada kesempatan itu, Belarusia meminta agar Indonesia membuka kedutaannya di Belarusia dan tak menjadi bagian dari kedutaan Indonesia di Rusia.
Dalam kunjungan ke Belarusia ini, Gobel diterima Ketua DPR Belarusia Vladimir Andreichenko, Menteri Pertanian Ivan Krupko, dan Wakil Menteri Luar Negeri. Dalam kunjungan dengan jadwal yang cukup padat itu, Gobel melakukan pembicaraan dengan pejabat negara Belarusia maupun kunjungan ke pabrik dan pertambangan.