Sabtu 30 Oct 2021 14:08 WIB

BMKG: Waspadai Peningkatan Curah Hujan di Jateng Selatan

BMKG mengatakan curah hujan lebat sebagai dampak dari La Nina.

Hujan lebat (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hujan lebat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan maupun pengunungan tengah, Jateng, untuk mewaspadai peningkatan curah hujan sebagai dampak dari La Nina.

"Beberapa hari terakhir ini, hujan sudah sering mengguyur wilayah Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan sekitarnya, intensitasnya sudah mulai lebat. Bahkan, di wilayah Cilacap pada tanggal 27 Oktober 2021 telah terjadi banjir, yaitu di wilayah Wanareja dan Majenang yang salah satu pemicunya adalah hujan lebat," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, dalam keterangan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu (30/10).

Baca Juga

Teguh mengatakan, berdasarkan catatan pos pengamatan hujan yang ada di Wanareja, curah hujan pada Rabu (27/10) tercatat 82 milimeter sehingga masuk kategori hujan lebat, sedangkan di Majenang tercatat 77 milimeter dan masuk kategori hujan lebat, serta Dayeuhluhur52 milimeter dan masuk kategori hujan lebat. Menurutnya, hujan lebat pada sore hingga malam hari yang terkonsentrasi di wilayah barat Kabupaten Cilacap itu mengakibatkan banjir di daerah tersebut.

"Kewaspadaan musim hujan tahun 2021 ini memang harus dimaksimalkan, karena dibarengi dengan berlangsungnya La Nina yang diprediksikan bisa meningkatkan atau menambah jumlah curah hujan berkisar 40 persen hingga 70 persen. Wilayah Jawa secara umum dan khususnya Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen) tak luput dari pengaruh La Nina tersebut," katanya.

Teguh mengatakan La Nina merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan dan atmosfer yang ditandai dengan mendinginnya suhu permukaan laut (SST) di ekuator Pasifik Tengah (Nino 3,4) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut negatif, yakni lebih dingin dari rata-ratanya. Menurutnya, La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat bila diikuti dengan menghangatnya suhu permukaan laut wilayah Indonesia.

"Anomali dianggap dalam kondisi normal ketika nilainya positif 0,5. Menurut pantauan bahwa pada dasarian I Oktober 2021 anomali tercatat negatif 0,92 atau telah melewati ambang batas La Nina, dan diprakirakan La Nina lemah hingga moderat akan berlangsung hingga Februari 2022," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement