Selasa 02 Nov 2021 16:11 WIB

Tolak Divaksinasi, Status Karyawan New York Cuti tak Dibayar

Terdapat 9.000-an karyawan atau kurang dari 6 persen dari total yang menolak vaksin.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Vaksinator menyiapkan vaksin Covid-19 jenis Pfizer.  New York telah menempatkan sekitar 9.000 karyawan dengan status cuti tidak dibayar, karena menolak vaksinasi Covid-19.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Vaksinator menyiapkan vaksin Covid-19 jenis Pfizer. New York telah menempatkan sekitar 9.000 karyawan dengan status cuti tidak dibayar, karena menolak vaksinasi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- New York telah menempatkan sekitar 9.000 karyawan dengan status cuti tidak dibayar, karena menolak vaksinasi Covid-19. Wali Kota New York, Bill de Blasio, mengatakan, jumlah tersebut mewakili kurang dari 6 persen dari tenaga kerja kota New York.

"Sekitar 12 ribu karyawan lain yang tidak divaksinasi telah mengajukan pengecualian medis atau alasan agama, mereka akan menerima keputusan akhir dalam beberapa hari mendatang. Mereka dapat tetap bekerja sementara kasus mereka dievaluasi," kata de Blasio, dilansir Anadolu Agency, Selasa (2/11).

Mandat vaksinasi bagi tenaga kerja New York mulai berlaku pada Senin (1/11). Sekitar 91 persen dari tenaga kerja New York telah mematuhi mandat vaksinasi. Karyawan harus menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 pada Jumat (29/10) lalu pada pukul 17.00 waktu setempat. Mereka yang telah menerima vaksinasi mendapatkan insentif sebesar 500 dolar AS. 

"Siapa pun yang belum (vaksin), masih ada kesempatan, karena kami membutuhkan semua orang untuk melakukan pekerjaan mereka, dan kami ingin semua orang aman. Kami tahu lebih banyak orang akan divaksinasi," kata de Blasio. 

Sebelumnya ratusan petugas pemadam kebakaran memprotes mandat vaksin dan mengancam akan menutup layanan mereka. Namun pada Jumat, tingkat vaksinasi di kalangan petugas pemadaman meningkat karena ada iming-iming insentif sebesar 500 dolar AS.

Wakil Komisaris Departemen Pemadam Kebakaran untuk Informasi Publik, Frank Dwyer, mengatakan, lebih dari 2000 orang dari 11 ribu petugas mengajukan cuti sakit selama sepekan terakhir. Hal ini menyebabkan kekurangan personil dan membebani operasional Departemen Pemadam Kebakaran.

Dwyer menegaskan bahwa, pemadam kebakaran masih tetap beroperasi. Namun Departemen Pemadam Kebakaran kekurangan personel untuk melakukan patroli.

Presiden Uniformed Firefighters Association (UFA), serikat pekerja yang mewakili petugas pemadam kebakaran, Andrew Ansbro mengatakan, tidak ada izin sakit yang terorganisir. Ratusan petugas pemadam kebakaran merasakan efek samping dari vaksin dan merasa tidak sehat untuk bekerja.

"Ratusan pria merasakan gejala seperti flu, karena itulah yang efek samping dari suntikan (COVID-19) pada orang-orang,” kata Presiden UFA, Andrew Ansbro.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement