Rabu 03 Nov 2021 05:06 WIB

Ketua DPRD: DKI Belum Siap Hadapi Cuaca Ekstrem

Ketidaksiapan Jakarta Ini terlihat dari belum terealisasinya proyek sodetan.

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengatakan Jakarta belum siap menghadapi ancaman cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan ada potensi cuaca ekstrem terjadi akhir 2021 dan awal 2022.

"Kalau saya katakan, untuk kesiapan Jakarta, belum siap," kata Prasetyo di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (2/11).

Baca Juga

Prasetyo menyebutkan ketidaksiapan Jakarta Ini terlihat dari belum terealisasinya proyek sodetan yang menghubungkan Sungai Ciliwung dengan Kanal Banjir Timur di Jakarta Timur yang telah direncanakan pada era pemerintahan sebelumnya. Kemudian, proyek normalisasi sungai yang belum dilanjutkan hingga saat ini juga menjadi salah satu penyebab Jakarta tidak akan siap dalam menghadapi cuaca ekstrem, katanya.

Lalu, kata dia, sistem drainase atau tali air juga tidak terkoneksi dengan baik sampai ke saluran air yang besar. "Saya bukan menyalahkan atau tidak menyalahkan ya. Permasalahkan banjir itu kenapa teriak-teriak pas saatnya hujan. Pas sebelum hujan juga kan barang-barang yang dibeli banyak sekali ya alat-alat buat ngeruk tanah," kata Prasetyo.

Namun, politikus PDI Perjuangan ini tidak mau menyalahkan siapapun banjir karena DPRD juga turut bertanggung jawab. "Kita sebagai pemerintah daerah, saya juga bertanggung jawab. Tapi ini harus kerjasama semua pihak termasuk PPSU, pasukan biru dan lain-lain harus turun tangan untuk melakukan pembersihan kali-kali di Jakarta," tuturnya.

Sebelumnya, BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini kepada pemerintah dan masyarakat soal fenomena La Nina karena berpotensi menimbulkan peningkatan curah hujan. Apabila curah hujan tinggi mencapai 70 hingga 100 persen berpotensi menimbulkan bencana alam di antaranya banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah di Tanah Air.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Antisipasi La Nina, Jumat (29/10) menyebutkan fenomena La Nina diperkirakan akan berlangsung hingga level moderat yang puncaknya terjadi pada Januari hingga Februari 2022. Fenomena alam ini muncul karena adanya anomali pendinginan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah yang telah melewati ambang batas La Nina.

Sejak September 2021, suhu muka laut tercatat minus 0,63 kemudian lebih dingin pada Oktober 2021 mencapai minus 0,92 yang mengindikasikan penguatan intensitas La Nina dan apabila menyentuh angka satu, diperkirakan memasuki intensitas moderat. Untuk itu, diharapkan pemerintah baik pusat dan daerah serta masyarakat mulai siap siaga menghadapi dampak musim hujan yang muncul akhir hingga awal tahun sekaligus terjadinya La Nina.

"Intensitas hujannya dapat mencapai 100 persen untuk Desember, jadi mohon yang terhormat bapak-bapak gubernur atau kepala daerah untuk memperhatikan potensi ini di bulan Desember," ucap Dwikorita.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement