Rabu 03 Nov 2021 12:17 WIB

Terseok-seok di Serie A, Apa Sebab Juventus Digdaya di UCL?

Allegri kembali ke Juventus ketika tim diisi banyak wajah baru.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Juventus Massimiliano Allegri.
Foto:

Jawabannya, bisa iya, bisa tidak. Kuncinya cuma satu. Saat membangun serangan dari belakang, para penggawa Si Nyonya Tua harus bisa mempertahankan penguasaan bola senyaman mungkin. Ini agar tidak mudah direbut oleh kubu lawan.

Tampaknya Allegri masih ragu. Pelatih usia 54 tahun ini belum memiliki kemantapan hati layaknya Juergen Klopp atau Hansi Flick. Itu tercermin lewat kata-katanya usai duel kontra Zenit.

"Lima menit terakhir adalah tipikal tim ini. Saat unggul 4-1, kami memiliki empat serangan balik, dan kami tidak menyelesaikan dengan baik. Kami akhirnya kebobolan satu gol," jelas Allegri.

Allegri terlalu khawatir akan kebobolan. Sementara para klub raksasa Eropa lainnya, lebih cenderung memikirkan kemenangan besar. Namun keadaan bisa berubah.

Allegri tentu melihat timnya menang mudah atas Malmo dan Zenit dengan gaya menyerangnya. Tapi Juve meraih kemenangan buruk atas AS Roma dan Torino, serta dikalahkan Verona dan Napoli, ketika memulai laga dengan garis pertahanan rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement