Jumat 05 Nov 2021 17:13 WIB

Intelijen Mesir Ungkap Syarat Gencatan Senjata Israel-Hamas

Gencatan senjata mencakup gencatan senjata jangka panjang hingga pertukaran tahanan

Red: Christiyaningsih
Intelijen Mesir mengungkapkan gencatan senjata mencakup gencatan senjata jangka panjang hingga pertukaran tahanan.
Intelijen Mesir mengungkapkan gencatan senjata mencakup gencatan senjata jangka panjang hingga pertukaran tahanan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Kepala intelijen umum Mesir mengatakan pada Kamis bahwa Kairo berusaha mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas di Gaza yang mencakup pertukaran tahanan. 

Abbas Kamel membuat pernyataan dalam sebuah wawancara dengan wartawan Israel Barak Ravid dan Nadav Eyal untuk situs berita Axios yang berbasis di AS di sela-sela KTT perubahan iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia.

Baca Juga

Kamel mengungkapkan gencatan senjata mencakup gencatan senjata jangka panjang, pertukaran tahanan, bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan rekonstruksi.

"Mesir berbicara setiap hari kepada Israel dan Palestina tentang beberapa masalah, termasuk kemungkinan kesepakatan gencatan senjata jangka panjang di Gaza," kata Kamel.

Mei lalu, serangan Israel menyebabkan hampir 260 warga Palestina tewas dan ribuan terluka serta kehancuran yang luas di Gaza. Kelompok perlawanan Palestina menanggapi dengan serangan roket ke wilayah Israel, yang menewaskan sedikitnya 13 orang Israel.

Kamel mengatakan kesepakatan pertukaran tahanan "harus dimulai dengan pembebasan tahanan Palestina lansia, wanita Palestina, dan remaja yang berada di penjara Israel."

Dia juga mencatat kesepakatan itu akan mencakup "langkah ekonomi dan kemanusiaan lebih lanjut" untuk warga Palestina di Gaza. Gaza telah berada di bawah blokade ketat Israel sejak 2007 di mana sebagian besar barang kebutuhan pokok masih masuk, namun sangat dibatasi.

Kamel mengatakan Mesir ingin melihat pemerintah Israel yang baru dan Palestina di Ramallah memulai dialog politik. Pembicaraan damai antara pihak Palestina dan Israel gagal pada 2014 setelah Israel menarik kembali keputusannya untuk membebaskan gelombang keempat mantan tahanan dan menolak untuk menghentikan rencana pemukimannya.

Kepala Intelijen Mesir itu juga mengungkapkan akan mengunjungi Israel akhir bulan ini untuk pembicaraan dengan Perdana Menteri Naftali Bennett dan pejabat senior lainnya. Kamel menambahkan juga akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah, Tepi Barat tengah.

*Ditulis oleh Ahmed Asmar di Ankara

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement